Deretan Saham yang Bakal Kena Dampak Tarif Impor AS 32%

Tasya Natalia & Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
Kamis, 10/07/2025 18:40 WIB
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (2/6/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia — Presiden AS Donald Trump tetap mengenakan tarif impor 32% kepada Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan melalui surat yang dikirimkan kepada Presiden Prabowo Subianto.

Diketahui, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengenakan tarif impor sebesar 32% kepada Indonesia mulai Agustus 2025. Bukan hanya Indonesia yang terkena tarif impor besar dari Amerika Serikat. Negara-negara seperti Kamboja dan Thailand bahkan berpotensi dikenakan tarif yang lebih tinggi. Mereka dikenakan tarif sebesar 36%.

Secara keseluruhan kenaikan tarif impor AS itu akan berdampak negatif pada barang-barang ekspor RI. Hal itu tentunya akan berdampak ke emiten yang memiliki eksposur tinggi penjualan ke luar negeri.


Berdasarkan CNBC Indonesia Research, berikut emiten yang akan terdampak: 

1. WOOD

Emiten yang bergerak di bidang furniture kayu, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) akan menjadi salah satu perusahaan yang kena dampak paling signifikan dari kebijakan tarif Trump.

Menurut data laporan keuangan sampai akhir tahun lalu, WOOD mencatat penjualan ekspor ke AS mencapai Rp2,52 triliun, setara 90,27% dari total penjualan yang senilai Rp2,79 triliun.

Bisa dibilang penjualan ke benua Amerika menjadi bisnis utama-nya saat ini. Dengan tarif yang naik, maka beban perusahaan akan membengkak. Tahun lalu saja beban pokok pendapatan sudah melambung ke atas 38% secara tahunan (yoy), sementara total beban usaha naik 2,26%.

2. PMMP

Berikutnya, ada perusahaan yang menjual udang beku, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) juga terpantau akan kena dampak cukup besar dari kenaikan tarif ke AS.

Perusahaan yang masih terafiliasi dengan Kaesang ini punya bisnis utama ekspor udang beku ke beberapa negara, dan Amerika menjadi tujuan utama penjualan mereka.

Sampai September 2024 lalu, kontribusi penjualan ke AS ini mencapai US$ 42,33 juta, setara 66,80% dari total penjualan yang senilai US$ 63,37 juta.

Dengan kondisi seperti ini, tantangan PMMP untuk mencetak laba semakin sulit. Pasalnya, sampai akhir kuartal ketiga tahun lalu perusahaan ini masih menelan pil pahit kerugian sebesar US$15,26 juta atau Rp240,07 miliar (kurs Rp15.732 per dolar AS).

3. SMSM

Berikutnya ada perusahaan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) yang juga akan ikut terdampak dari kenaikan tarif impor AS.

Perusahaan yang punya bisnis otomotif dan mesin industri ini melakukan penjualan ekspor ke negeri Paman Sam pada akhir 2024 lalu mencpai Rp818,73 miliar, setara 15,85% dari total penjualan senilai Rp5,16 triliun.

Meskipun ekspor ke AS bukan penyumbang utama pendapatan, tetapi dengan adanya tarif itu potensi penyusutan ekspor kesana potensi berkurang atau bisa meningkatkan beban yang mana ini bisa menekan laba ke depannya.

4. TKIM dan INKP

Berikutnya ada dua perusahaan kertas yang masih satu naungan grup Sinarmas, yakni PT PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Dua perusahaan itu punya penjualan ekspor lebih dari 50%, dan salah satu negara yang dituju adalah Amerika Serikat (AS).

Sampai akhir 2024 lalu, INKP mencatat porsi penjualan ke AS sebanyak 4,30%, sementara TKIM sebanyak 3,32%. Meskipun tidak banyak, tetapi ini perlu diantisipasi karena bisa meningkatkan beban atau bisa meningkatkan porsi penjualan yang mana bisa menggerus pangsa pasar dua perusahaan itu di pasar global.

5. ICBP dan INDF

Berikutnya ada perusahaan consumer good yang jualan mie instant dan bumbu-bumbu dapur masakan andalan Tanah Air, yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan induk usahanya, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Berbagai produk dengan merk Indofood atau mie instant dengan merk Indomie kerap ditemukan di berbagai wilayah di penjuru dunia, termasuk AS.

Meskipun secara porsi tidak banyak, dalam laporan keuangan 2024, ICBP dan INDF sama-sama mencatatkan penjualan ekspor ke negara lain-lain, masing-masing mencapai 4,29% dan 2,85%.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos MI Ramal Nasib IHSG - Rupiah Hadapi Ancaman Tarif Trump