OPEC+ Genjot Produksi, Harga Minyak Dunia Anjlok

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Senin, 07/07/2025 09:55 WIB
Foto: minyak dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak global mengalami penurunan setelah keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi lebih besar dari yang diperkirakan, yang menambah kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan di pasar. Selain itu, kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat (AS) juga menambah ketidakpastian mengenai prospek permintaan global.

Pada perdagangan Senin (7/7), harga minyak Brent turun 1,6% menjadi sekitar US$67 per barel, setelah sebelumnya juga merosot 0,7% pada Jumat (4/7). Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati US$66 per barel.




Keputusan OPEC+ yang diumumkan pada Sabtu (5/7) menunjukkan peningkatan produksi minyak sebesar 548.000 barel per hari (bph), langkah yang menandai percepatan pemulihan pasokan dan mengakhiri pemangkasan produksi yang berlangsung selama setahun. Keputusan ini, yang dipimpin oleh Arab Saudi, membuat OPEC+ berada di jalur yang lebih cepat dari rencana semula.

Aliansi OPEC+ menjelaskan bahwa peningkatan produksi ini dipicu oleh permintaan musiman yang diperkirakan akan mendongkrak kebutuhan pasar global. Para pejabat juga menekankan bahwa langkah ini adalah respon terhadap seruan Presiden AS, Donald Trump, untuk menurunkan harga bahan bakar di negara tersebut.

Namun, meskipun optimisme ini, pasar minyak tetap bergolak. Ketegangan geopolitik, seperti konflik antara Israel dan Iran, sempat menyebabkan lonjakan volatilitas harga. Meski kini ada gencatan senjata yang rapuh, fokus pasar beralih kembali ke kebijakan OPEC+ dan kebijakan perdagangan AS.

Tarif impor baru yang dikenakan oleh AS akan mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang, seperti yang disampaikan oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Hal ini menambah tekanan pada mitra dagang AS, yang harus mempersiapkan diri menghadapi batas waktu kebijakan tarif yang semakin dekat.

OPEC+ sebelumnya telah mengumumkan kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk Mei hingga Juli 2025-tiga kali lebih cepat dari jadwal yang direncanakan. Para analis dan pedagang memperkirakan OPEC+ akan terus melanjutkan kebijakan serupa pada Agustus 2025.

Perubahan strategi OPEC+ ini, yang sebelumnya lebih fokus pada pembatasan produksi, kini berbalik arah dengan membuka kran produksi untuk merebut kembali pangsa pasar. Kelompok tersebut menyatakan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan prospek ekonomi global yang relatif stabil dan kondisi pasar yang sehat saat ini.

Arab Saudi juga menyusul dengan keputusan untuk menaikkan harga minyak mentah jenis Arab Light untuk pasar Asia pada bulan depan, yang mengindikasikan bahwa mereka percaya pasar dapat menyerap pasokan tambahan yang lebih besar.

Ke depannya, OPEC+ akan mempertimbangkan untuk menambah 548.000 barel per hari lagi pada bulan September, dengan pertemuan lanjutan dijadwalkan pada 3 Agustus. Langkah ini akan menyelesaikan pemulihan pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari yang sebelumnya ditutup pada 2023.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran