
Rugi BUMA (DOID) Bengkak 251% Jadi Rp 1 Triliun pada Q1 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) mencatat kerugian yang bengkak 251% pada kuartal 1-2025. Perusahaan menyebut curah hujan yang tinggi dan menyebabkan banjir menjadi salah satu faktor penghambat kinerja di kuartal ini.
Merujuk pada laporan keuangan terbaru dikutip dari keterbukaan informasi BEI, rugi yang diatribusikan ke entitas induk emiten ini per Maret 2025 tercatat sebesar US$67 juta atau setara Rp1,08 triliun. Sementara di tahun 2023, perseroan membukukan rugi sebesar US$19,08 juta.
Dari sisi top line, perusahaan ini membukukan pendapatan usaha sebesar US$351,88 juta. Capaian ini turun 17% dari tahun lalu sebesar US$424,23 juta.
Direktur BUMA International Group Iwan Fuad Salim menyampaikan, kinerja Grup pada kuartal pertama 2025 dipengaruhi oleh tantangan operasional besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dan berada di luar kendali. Curah hujan tinggi di Indonesia dan Australia menyebabkan banjir di beberapa tambang dan gangguan akses yang signifikan.
Insiden keselamatan dari pihak lain juga menyebabkan penghentian operasional selama 27 hari di dua lokasi pertambangan utama. Di saat yang sama, penurunan aktivitas operasional oleh klien di Indonesia dan Australia juga berkontribusi terhadap penurunan volume produksi secara keseluruhan.
Gangguan operasional sepanjang kuartal berdampak signifikan terhadap kinerja produksi. Rinciannya, volume overburden removal turun 26% YoY menjadi 101 juta BCM, dan produksi batu bara turun 17% menjadi 18 juta ton.
"Kami menghadapi tantangan ini dengan respons yang cepat dan tegas di Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat, melalui penerapan kebijakan alokasi modal yang lebih disiplin, implementasi program efisiensi di seluruh grup, serta percepatan peningkatan produktivitas di area-area kunci. Berkat langkah-langkah tersebut, Grup mencatatkan perbaikan kinerja di kuartal kedua," ujar Iwan dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, (30/6/2025).
Kendati turunnya pendapatan, laba DOID terhimpit beban pokok pendapatan sebesar US$375,99 juta. Beban pokok ini naik dari yang sebelumnya tercatat US$388,99 juta.
Dari segi permodalan, per Maret 2025, perusahaan mencatatkan aset sebesar US$1,57 miliar. Hal ini turun dari periode 31 Desember 2023 senilai US$1,59 miliar.
Adapun liabilitas dan ekuitas DOID tercatat sebesar masing-masing US$1,46 miliar dan US$110,85 juta.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laba Moratel (MORA) Anjlok 56% Jadi Rp 245 Miliar
