IHSG Dibuka Menguat Jelang Libur Long Weekend

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
26 June 2025 09:01
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (26/6/2025).

Indeks naik 0,14% atau 9,87 poin pada awal perdagangan ke level 6.842,01. Sebanyak 152 saham naik, 61 turun, dan 2279 tidak bergerak. Kapitalisasi pasar pun menanjak jadi Rp 12.046 triliun.

Nilai transaksi pada awal pembukaan perdagangan tercatat mencapai Rp 268 miliar yang melibatkan 245 juta saham dalam 23.688 kali transaksi.

Pasar keuangan Indonesia akan mengakhiri perdagangan pekan ini pada hari ini sebelum libur panjang Tahun Baru Islam.

Dengan perdagangan yang pendek, investor tentu harus cermat mempertimbangkan segala sentimen penggerak pasar hari ini.

Sentimen pasar pada perdagangan hari ini tampaknya akan didominasi eksternal, mulai dari perang hingga pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell.

Pasar akan merespons testimoni Jerome Powell selama dua hari di hadapan DPR, ditambah pelaku pasar akan menanti data lagi soal pertumbuhan ekonomi AS dan sejumlah data terkait pasar tenaga kerja.

Sementara itu, dari internal pelaku pasar mulai menyoroti kembali sederet pelonggaran kebijakan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang potensi mulai Juli 2025.

Berikut rincian sentimen yang akan berpengaruh pada perdagangan pasar hari ini :

Powell: Tarif Picu Inflasi, The Fed Tahan Suku Bunga

Ketua Federal Reserve Jerome Powell kembali memberikan testimoni di hadapan Kongres AS pada Selasa dan Rabu (24-25 Juni 2025) waktu setempat.

Agenda ini berlangsung selama dua hari, dengan Powell menyampaikan pandangan ekonomi dan kebijakan moneter di depan anggota DPR alu dilanjutkan bersama Senat.

Powell memperingatkan bahwa rencana tarif dagang yang digulirkan pemerintahan Trump berpotensi memicu inflasi yang lebih persisten, meski secara teori hanya berdampak satu kali pada harga.

Dalam rapat dengan panel Senat AS, Rabu waktu setempat, Powell menyatakan bank sentral masih berhati-hati dan belum siap menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Menurut Powell, tarif bukanlah hukum alam yang selalu berdampak sesaat. Ia menekankan perlunya waktu untuk menilai bagaimana lonjakan biaya impor akan memengaruhi harga-harga dan ekspektasi inflasi masyarakat.

"Kalau tarif dikenakan cepat dan selesai, bisa jadi dampaknya hanya satu kali. Tapi kalau tidak, ada risiko inflasi berkepanjangan," jelasnya.

Meski inflasi mulai melandai, The Fed memperkirakan tekanan harga akan kembali meningkat pada musim panas ini akibat tarif baru. Karena itu, Powell menegaskan bahwa bank sentral belum akan menurunkan suku bunga sebelum melihat dampak tarif secara lebih nyata.

"Kalau tekanan harga ternyata ringan, tentu ruang penurunan suku bunga terbuka," kata Powell. "Tapi kami tidak ingin terburu-buru."

Pernyataan Powell ini muncul di tengah tekanan politik, termasuk dari Presiden Donald Trump dan anggota parlemen Republik yang mendesak The Fed segera memangkas suku bunga. Trump bahkan mengkritik Powell sebagai sosok yang tidak sejalan dengan kebijakan dagang pemerintahannya.

Namun Powell menolak anggapan bahwa kebijakan moneter dipengaruhi kepentingan politik. Ia menekankan bahwa kenaikan tarif kali ini berbeda dari sebelumnya, karena dilakukan saat inflasi masih berada di atas target 2% The Fed dan belum ada preseden serupa dalam sejarah modern.

Sampai saat ini, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25% hingga 4,5% sejak Desember 2023. Proyeksi ekonomi terbaru menunjukkan adanya potensi dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

Namun, pandangan para pembuat kebijakan masih terbagi: sebagian mengkhawatirkan lonjakan harga akibat tarif, sementara lainnya meyakini dampaknya bisa mereda dengan cepat.

Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga baru akan dilakukan pada September dan Desember, sementara pertemuan The Fed pada akhir Juli diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga di level saat ini.

NATO Setuju Naikkan Anggaran Pertahanan, Trump Ancam Spanyol dan Ditegur Macron

Dalam KTT NATO di Den Haag (25/6), Presiden AS Donald Trump berhasil mendorong kenaikan anggaran pertahanan, dengan dukungan penuh dari para pemimpin aliansi. Ia menyebut hasil KTT sebagai "kemenangan besar" dan berharap dana tambahan digunakan untuk membeli senjata buatan AS.

Namun, Trump mengancam Spanyol setelah Perdana Menteri Pedro Sanchez menolak target belanja baru sebesar 5% dari PDB. Ia memperingatkan bahwa ekonomi Spanyol bisa terdampak jika menolak patuh.

Meski begitu, NATO menegaskan kembali komitmen pada Pasal 5 tentang pertahanan kolektif, yang sempat dipertanyakan setelah komentar ambigu dari Trump. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa ancaman tarif tinggi dari AS bisa merusak kerja sama NATO.

Sekjen NATO Mark Rutte menyebut aliansi kini lebih solid, meski target pengeluaran baru dinilai memberatkan, sekitar 5% dari PDB per negara dalam 10 tahun, ini dinilai sangat berat, terutama bagi negara Eropa yang sedang dalam tekanan fiskal.

BEI Segera Buka Kode Domisili, Kode Broker Menyusul

BEI berencana akan kembali membuka kode domisili investor domestik maupun asing. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengaku, rencana tersebut merupakan hasil diskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Jadi hasil diskusi kita, kajian kita, terus dari teman-teman OJK juga memiliki pendapat gitu. Nah sementara itu kita buka kode domisili dulu," ujarnya di gedung BEI Jakarta, Rabu (25/6/2025).

Menurutnya, rencana tersebut dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal melalui transaksi perdagangan pada sesi II. Rencananya, kebijakan ini akan diterapkan pada kuartal III tahun ini.

Selain kode domisili, rencana-nya kode broker juga akan menyusul. BEI juga tengah mengkaji untuk menambah jam perdagangan lebih lama sekitar 1-2 jam dan ada wacana mengubah 1 lot menjadi 10 lembar dari yang berlaku saat ini 100 lembar.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Analis Sebut Pasar Saham RI Jadi Primadona, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular