Deposito Tiga Bank Besar Melorot, Ada Apa?

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Rabu, 25/06/2025 17:25 WIB
Foto: deposito cuan profit gain

Jakarta, CNBC Indonesia — Bank-bank terbesar RI terpantau mencatatkan kontraksi pada penghimpunan dana deposito. Ini terjadi seiring dengan semakin lesunya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat DPK hanya tumbuh 4,55% secara tahunan (yoy) per April 2025, melambat dari sebulan sebelumnya 4,75% yoy. Sementara itu, pertumbuhan kredit industri perbankan juga ikut melambat, tumbuh 8,88% yoy per April, turun dari sebulan sebelumnya 9,16% yoy.

Bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan deposito sebesar Rp227,50 triliun dalam laporan keuangan bank only bulan April 2025. Jumlah itu turun 0,80% yoy dari sebesar Rp229,34 triliun setahun sebelumnya. 


Setali tiga uang, kondisi serupa juga tercatat di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank pelat merah yang fokus terhadap UMKM itu melaporkan deposito sebesar Rp492,47 triliun per April 2025, turun 6,25% yoy.

Bank swasta terbesar RI, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) melaporkan deposito senilai Rp194,63 triliun per Mei 2025, turun 2,19% yoy.

Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, hanya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang melaporkan pertumbuhan deposito. Bank berlogo pita emas ini menghimpun deposito Rp 314,5 triliun per Mei 2025, naik 20,28% yoy. Sebagai catatan rasio likuiditas BMRI tercatat paling tinggi di antara empat bank jumbo.

Menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, kompaknya penurunan deposito big banks RI disebabkan oleh penurunan deposito nasabah ritel. Ia mengatakan fenomena ini terjadi lantaran daya beli masyarakat belum sepenuhnya membaik.

"Saya lebih melihat penurunan ini karena penurunan deposito nasabah ritel dan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan ritel," kata Trioksa saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (25/6/2025).

Terkait dengan Bank Mandiri yang mencatatkan peningkatan, ia menilai itu karena bank tersebut memang memiliki fokus pada wholesales banking. "Sementara di Bank Mandiri yang masih membuat naik adalah deposito korporasi," ucap Trioksa.

Senada, pengamat perbankan Moch. Amin Nurdin menyebut kondisi ekonomi secara umum belum membaik, sehingga deposan perorangan menarik dana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Akan tetapi ada kemungkinan deposan perorangan mencari imbal hasil yang lebih tinggi. "Deposan perorangan memindahkan dananya ke instrumen lain yang lebih menarik, memberikan imbal jasa yg lebih besar dengan risiko yang kecil, seperti reksa dana dan ORI (Obligasi Pemerintah) maupun obligasi swasta," jelas Amin saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (25/6/2025).

Kontraksi deposito terjadi saat tingkat suku bunga perbankan masih di kisaran 3% hingga 4%. Hal ini seiring dengan Bank Indonesia (BI) yang masih menahan suku bunga acuan di level 5,50%.

"Jadi rate DPK, seperti deposito juga masih tetap stay dulu, di kisaran 3%-4%, sehingga mungkin kurang menarik buat deposan perorangan," terang Amin.

Adapun mengutip data Bank Indonesia, dana pihak ketiga per Mei 2025 naik 3,9% yoy menjadi Rp 8.756,5 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh nasabah korporasi yang naik 7,7% yoy, sedangkan simpanan nasabah perorangan terbilang stagnan. 

Bila dirinci, tabungan perorangan masih tumbuh meskipun melambat. Akan tetapi simpanan berjangka turun 2,4% yoy. Simpanan berjangka atau deposito menyumbang 34,9% terhadap total simpanan nasabah perorangan di perbankan.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Soroti Ketahanan Bisnis Asuransi, Pembiayaan & Dapen