IHSG Ambruk 1,75% Masih Tertekan Kinerja Emiten Besar

fsd, CNBC Indonesia
Selasa, 11/02/2025 16:36 WIB
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak di zona merah dan terkoreksi 1,75% pada akhir perdagangan Selasa (11/2/2025).

Sepanjang perdagangan hari ini, indeks acuan utama bursa saham RI tersebut sempat turun hingga 2,22% ke 6.500,46 sebelum akhirnya memangkas pelemahan jerang penutupan bel perdagangan.

Total transaksi tercatat mencapai Rp 12,69 triliun yang melibatkan 16,94 miliar saham yang ditransaksikan 1,28 juta kali. Sebanyak 171 saham naik, 424 turun, dan 198 stagnan.


Guncangan pasar modal RI masih datang dari tertekannya saham-saham blue chip dan arus dana asing yang keluar masih terus deras terjadi.

Investor asing kembali melakukan lego besar-besaran, dengan penjualan bersih sebesar Rp921,07 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin, Senin (10/2/2025). Rinciannya, sebesar Rp875,22 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp45,84 miliar di pasar negosiasi dan tunai.

Sementara hari Jumat pekan lalu dana asing keluar (net sell) hingga Rp 650 miliar, setelah sehari sebelumnya pada Kamis asing juga membawa kabur dana hingga Rp 2,38 triliun.

Artinya dalam tiga hari perdagangan terakhir, investor asing sudah mengobral Rp 3,95 triliun saham emiten RI.

Nyaris seluruh sektor bergerak di zona merah, dengan pelemahan terbesar terjadi di sektor infrastruktur (-2,35%), energi (-1,36%) dan properti (-1,2%).

Saham perbankan dan blue chip masih menjadi pemberat utama pergerakan IHSG hari ini. Adapun 5 saham laggard adalah Barito Renewables Energy (BREN), Telkom Indonesia (TLKM), Amman Mineral Internasional (AMMN), Bank Mandiri (BMRI) dan Chandra Asri Pacific (TPIA).

Sementara itu, sentimen global masih ikut memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan oleh investor. Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan segera mengumumkan tarif baru yang berarti perang dagang akan segera dimulai. Selain itu data inflasi AS juga akan diumumkan pekan ini dan menjadi barometer penting dalam pengambilan keputusan bank sentral AS dalam menetapkan suku bunga acuannya.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat