
Arah Politik Jepang Belum Pasti, Bursa Asia Dibuka Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,62%, melanjutkan kenaikan dari hari sebelumnya. Hal ini terjadi setelah partai berkuasa Liberal Demokratik (LDP) kehilangan mayoritas parlemen setelah pemilu yang digelar hari Minggu untuk menentukan kendali majelis rendah, menandai pertama kalinya sejak 2009 koalisi yang berkuasa di Jepang kehilangan mayoritasnya.
Tingkat pengangguran Jepang untuk bulan September tercatat 2,4%, dibandingkan dengan 2,5% pada bulan sebelumnya. Angka ini juga sedikit lebih rendah dari perkiraan Reuters yang memprediksi kenaikan 2,5%.
Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,51% sementara Kosdaq melemah 0,41%. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,36%.
Indeks Hang Seng di Hong Kong naik 1,21%, sedangkan CSI 300 di Tiongkok menambah 0,17% di jam pertama perdagangannya.
Indeks Nikkei naik 1,82% dan ditutup di 38.605,53, memimpin kenaikan di Asia, sementara Topix naik 1,51% ke 2.657,78. Yen melemah 0,64% menjadi 153,28 pada hari Senin.
Partai LDP dan mitra koalisinya, Komeito, mendapatkan 215 dari 465 kursi, sementara partai oposisi, Partai Demokrat Konstitusional dan Partai Demokrat untuk Rakyat, meraih kemajuan signifikan dalam pemilu ini.
Ketidakpastian politik ini bisa menghalangi Bank of Japan (BoJ) untuk menaikkan suku bunga, menurut beberapa analis. Izumi Devalier, kepala ekonom Jepang di Bank of America, mengatakan bahwa meskipun ketidakpastian politik dapat menunda kenaikan suku bunga, BoJ tidak dapat mengabaikan pelemahan yen yang berkelanjutan.
"Saya tidak berpikir ini berarti BoJ akan menunda kenaikan suku bunga dalam waktu yang lama. Tentu saja, Anda harus mengawasi perkembangan pasar, tetapi kami mungkin masih berada di jalur kenaikan suku bunga pada Januari atau bahkan Desember, tergantung pada pergerakan yen," katanya.
Di sisi lain, para trader suku bunga AS terus mengurangi ekspektasi mereka terhadap Fed-sekarang hanya 120 bps pemangkasan suku bunga yang diprediksi hingga akhir tahun depan, turun 15 bps dalam beberapa hari terakhir. Tidak mengherankan jika dolar berada di jalur untuk mencatat bulan terbaiknya sejak April 2022.
Sementara itu, para pejabat di China berharap para investor menyambut baik alat pinjaman baru dari PBOC, yang dapat menyuntikkan likuiditas ke pasar menjelang jatuh tempo hampir 3 triliun yuan, atau sekitar $406 miliar, dalam bentuk pinjaman di akhir tahun ini.
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Rebound, Nikkei Pimpin Kenaikan!