Laba Maskapai Ini Anjlok 26% Gegara Bencana IT Global CrowdStrike

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
14 October 2024 12:10
FILE PHOTO: A Delta Airlines flight is pushed put of its gate at the airport in Salt Lake City, Utah, U.S., January 12, 2018.  REUTERS/Mike Blake/File Photo                        GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD
Foto: Delta Airlines (REUTERS/Mike Blake)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gangguan IT Global CrowdStrike memberikan dampak buruk pada kinerja perusahaan maskapai Delta Air Lines pada kuartal III. Hal ini kemudian diikuti oleh harga saham yang turun sekitar 1,4% pada hari Kamis lalu.

Perusahaan yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat ini mencatat pendapatan yang berada di bawah ekspektasi Wall Street, sebagian karena penurunan penjualan sebesar US$380 juta akibat penerbangan yang dibatalkan selama pemadaman IT CrowdStrike global.

Biaya penggantian operasional dan kru bertambah hingga US$120 juta, bahkan setelah memperhitungkan penghematan bahan bakar dari penerbangan yang lebih sedikit.

Secara keseluruhan, hal ini menyebabkan laba per saham menjadi 26% lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu.

Kepala Eksekutif Delta, Ed Bastian sangat marah dan terus melakukan tindakan hukum terhadap CrowdStrike dan Microsoft. Dari penurunan 3,6% dalam pendapatan unit dibandingkan tahun sebelumnya, hanya 1,1 poin persentase yang disebabkan oleh gangguan TI.

Biaya unit inti di luar bahan bakar akan meningkat 2,5%, bukan 5,7%, dan menyebabkan penurunan laba per saham sebesar 3,9%.

Sebagai informasi Delta adalah maskapai penerbangan AS pertama yang melaporkan pendapatan. Masalah-masalah yang membebani maskapai ini selama musim panas juga mempengaruhi semua maskapai penerbangan lainnya, dan karena itulah saham-saham maskapai penerbangan lainnya bisa berada di bawah tekanan.

Saham maskapai lainnya, seperti United Airlines naik sekitar 1,4% pada hari Kamis, dengan American Airlines dan Southwest Airlines masing-masing turun 1,3% dan 0,4%.

Delta menyebut kapasitas akan meningkat secara tahunan antara 3% dan 4% antara bulan Oktober dan Desember 2024. Ini akan menjadi laju paling lambat sejak 2021, tetapi masih dalam kisaran perkiraan analis yang tinggi.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapa Pemilik Maskapai Penerbangan Baru BBN Airlines Indonesia?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular