Pasokan Seret, Harga Minyak Dunia Memanas

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 August 2024 09:38
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak stabil pada perdagangan awal hari ini karena kekhawatiran pasokan di Timur Tengah di tengah tanda-tanda pelemahan permintaan.

Berdasarkan data Refinitiv harga minyak dunia acuan Brent pada perdagangan Jumat (30/8/2024) pukul 9.33 WIB tercatat US$80,08 per barel, meningkat 0,18% dari posisi sebelumnya. Sementara harga minyak WTI naik 0,11% ke US$75,99 per barel.

Kedua kontrak ditutup pada kenaikan lebih dari $1 pada hari Kamis didorong oleh kekhawatiran pasokan minyak.

Lebih dari separuh produksi minyak Libya, atau sekitar 700.000 barel per hari (bph), dihentikan pada hari Kamis dan ekspor dihentikan di beberapa pelabuhan menyusul kebuntuan antara faksi politik yang bersaing.

Kerugian produksi Libya dapat mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari dan berlangsung selama beberapa minggu, menurut firma konsultan, Rapidan Energy Group.

Sementara itu, persediaan Irak 

juga diperkirakan menyusut setelah produksi negara itu melampaui kuota yang disepakati dengan OPEC+, sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis.

Irak berencana untuk mengurangi produksi minyaknya antara 3,85 juta hingga 3,9 juta barel per hari bulan depan.

Harga minyak anjlok 1% pada hari Rabu setelah data menunjukkan penarikan stok minyak mentah 

AS sekitar sepertiga lebih kecil dari yang diharapkan, dengan persediaan turun 846.000 barel menjadi 425,2 juta, dibandingkan dengan penarikan 2,3 juta barel yang diperkirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

"Pasar khawatir tentang prospek jangka menengah, dengan neraca minyak untuk tahun 2025 tampak lemah," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

"Kami yakin OPEC tidak punya pilihan selain menunda penghapusan pemotongan produksi sukarela jika menginginkan harga yang lebih tinggi," kata ANZ.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan secara bertahap menghentikan pemotongan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari selama setahun mulai Oktober 2024 hingga September 2025.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Mentah Melempem Buntut Insiden Penembakan Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular