Eks Menkeu Ungkap Nasib Rupiah, Bisa Perkasa ke Level Rp 14.000/US$?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terus mengalami penguatan dan sudah bergerak ke level Rp 15.400/US$ dalam beberapa hari terakhir. Apakah rupiah akan bisa menyentuh level Rp 14.000/US$?
Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan nilai tukar rupiah sebaiknya tak usah dipasang target. Menurut dia, selama rupiah bergerak dalam tren menguat maka itu sudah baik.
"Kita tidak usah bicara target, yang paling penting adalah rupiahnya dalam tren menguat," kata Bambang di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dikutip Jumat, (30/8/2024).
Selain itu, Bambang mengatakan penguatan nilai tukar mata uang suatu negara sebenarnya juga tidak boleh terlalu besar. Hal tersebut, kata dia, dapat mengganggu daya saing seperti ekspor.
"Penguatannya juga tidak bisa terlalu kuat, karena itu akan mengganggu daya saing dari segi ekspor," kata dia.
"Jadi pasti ada suatu angka yang merupakan angka yang paling optimal ya. Yang kita nggak akan tahu berapa, karena itu memang tergantung kepada pergerakan pasar," kata dia melanjutkan.
Rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan sikap wait and see pelaku pasar perihal data pertumbuhan ekonomi AS malam hari nanti.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,06% di angka Rp15.410/US$ pada Kamis (29/8/2024). Hal ini sejalan dengan penutupan perdagangan pada Rabu, (28/8/2024) yang terapresiasi 0,45%.
Lebih lanjut, posisi ini juga merupakan yang terkuat sejak akhir Desember 2023 atau sekitar delapan bulan lalu. Sementara DXY pada pukul 14:54 WIB turun 0,1% di angka 100,99. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 101,09.
Penguatan rupiah dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi AS yang akan segera dirilis. Selain itu, bank sentral The Fed juga sudah mengindikasikan pemangkasan suku bunga akan segera tiba.
(rsa/haa)