Kabar Baik Datang Dari AS, Rupiah Siap Menguat Lagi!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 15/08/2024 08:10 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih kokoh dalam tren penguatan seiring dengan membaiknya inflasi AS yang meningkatkan peluang penurunan suku bunga.

Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda ditutup cerah pada perdagangan Rabu (14/8/2024) di harga Rp15.675/US$, menguat 0,98% dari harga penutupan perdagangan sehari sebelumnya (13/8/2024).

Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama hampir lima bulan terakhir atau semenjak 21 Maret 2024.


Penguatan rupiah kemarin terjadi di tengah respon positif investor terhadap rilis data inflasi produsen (PPI) yang melandai ke level yang lebih baik dari perkiraan.

Sebagai catatan, Indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada periode Juli setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.

Menyusul PPI, semalam AS juga merilis data inflasi konsumen (CPI) yang hasilnya juga lebih baik dari ekspektasi.

Pasar keuangan Indonesia berpeluang melanjutkan pesta pada hari ini setelah inflasi harga konsumen AS melambat hingga di bawah 3%.

Harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juli dan kenaikan inflasi tahunan melambat hingga di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3,5 tahun, membuka pintu lebih lebar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga bulan depan.

Dalam 12 bulan hingga Juli, harga konsumen AS meningkat atau terjadi inflasi 2,9%, pertama di bawah 3% dan kenaikan terkecil sejak Maret 2021. Harga konsumen naik 3,0% secara tahunan pada bulan Juni.

"Laporan ini menunjukkan kemajuan berkelanjutan menuju sasaran inflasi Fed," kata Scott Anderson, kepala ekonom di BMO Capital Markets. "

Tidak ada yang dapat menghalangi Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September, tetapi harapan pasar untuk pemangkasan yang lebih besar tampaknya masih jauh dari kenyataan."

Sementara itu, dari dalam negeri pasar keuangan akan dipengaruhi oleh rilis neraca perdagangan yang diperkirakan tetap lanjut surplus pada Juli 2024.

Surplus kali ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya di tengah harga komoditas yang meningkat. Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2024 pada Kamis (15/8/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 akan mencapai US$2,5 miliar.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, menunjukkan pergerakan rupiah yang menguat pesat hanya dalam beberapa hari. Tren penguatan masih terlihat kokoh, tetapi penguatan kemarin membuat adanya gap down yang cukup besar.

Gap down yang membuka peluang ditutup dalam jangka pendek perlu diantisipasi jika rupiah masih ada pembalikan arah melemah, paling tidak ke resistance terdekat dari terbentuk gap di Rp15.825/US$.

Sementara itu, tren penguatan yang masih kokoh juga masih memiliki potensi berlanjut, bisa dicermati support terdekat di Rp15.640/US$ yang didapatkan dari low candle intraday 21 Maret 2024.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS