Bankir Beberkan Bukti Baru Soal Isi Kantong Warga Kelas Menengah Ri

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
09 August 2024 16:45
Warga berjalan melintasi Trotoar di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (13/6/2023). Pemerintah resmi mengeluarkan aturan bebas masker pada ruang publik dan transportasi umum. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Warga berjalan melintasi Trotoar di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Selasa (13/6/2023). Pemerintah resmi mengeluarkan aturan bebas masker pada ruang publik dan transportasi umum. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 tercatat melambat dibandingkan tiga bulan sebelumnya, jadi 5,05% dari 5,11%.

Kepala Ekonom Permata Institute for Economic Research (PIER) Josua Pardede mengatakan bahwa penurunan itu disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah tangga alias melemahnya daya beli masyarakat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2024 hanya 4,91%, turun dari setahun sebelumnya sebesar 5,22%.

Terpisah, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengatakan kelas menengah memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dari sisi konsumsi. Namun, faktanya, konsumsi mereka mulai tergerus.

Dampak lesunya daya beli ini juga dirasakan oleh industri perbankan. Para bankir pun mengaku penyaluran kredit segmen retail seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) terhambat karena pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah.

Direktur Bank Danamon Indonesia (BDMN) Dadi Budiana mengatakan ada perlambatan pada kredit segmen retail akibat seretnya penjualan kendaraan bermotor.

"Untuk kredit segmen retail, karena kelesuan dalam penjualan kendaraan bermotor, sehingga berdampak pada pertumbuhan kredit kendaraan bermotor yang melemah mulai triwulan kedua tahun ini," ujar Dadi saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (9/8/2024).

Meskipun begitu, Bank Danamon masih mampu mencatatkan pertumbuhan KKB double digit yakni 14% secara tahunan atau year on year (yoyy) per semester I-2024. Sementara KPR yang disalurkan oleh bank milik MUFG itu tercatat tumbuh 25% yoy pada periode yang sama.

Dadi memperkirakan pembiayaan perumahan bakal tetap tumbuh tahun ini.

Senada, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BBTN) Nixon Napitupulu mengaku pertumbuhan penjualan rumah masih cukup baik, tercermin dari pembiayaan perumahan yang tumbuh 12,3% yoy secara. Kendati demikian, ia menyebut yang menjadi kendala adalah kenaikan rasio risiko kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL), terutama di segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Yang jadi issue memang, adanya peningkatan NPL di segmen MBR, terutama yang dulu menerima relaksasi Covid-19," kata Nixon saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (9/8/2024).

Ia menerangkan kredit lama yang menerima relaksasi Covid-19 tersebut harus menjadi NPL usai program tersebut dicabut pada Maret 2024 lalu. Nixon membeberkan yang menjadi debitur yang menjadi NPL sebesar di bawah 10% dari keseluruhan yang mendapatkan relaksasi.

Kualitas aset yang memburuk juga dirasakan oleh Bank Oke Indonesia (DNAR) atau OK! Bank Indonesia. Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengaku pihaknya lebih konservatif dalam penyaluran kredit terutama segmen retail, guna menjaga kualitas kredit.

"Kalau ditarik ke belakang, memang ada benang merah antara kenaikan NPL dengan daya beli masyarakat. Jika daya beli melemah, risiko kredit juga akan meningkat karena kemungkinan terjadinya gagal bayar lebih tinggi," kata Efdinal saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (9/8/2024).

Bank swasta terbesar kedua RI, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga merasakan dampak dari pelemahan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan pihaknya mengalihkan fokus pertumbuhan ke nasabah dengan jenis usaha yang lebih kuat dan perputaran barang yang lebih cepat.

"Ada dampaknya [pelemahan daya beli]. Kami juga melihat itu, sehingga fokus pertumbuhan kami alihkan ke nasabah dengan jenis usaha yg lebih resilient dan turnover barangnya cepat dan repetitive," ujar Lani saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (9/8/2024).

"Kami rasa market Indonesia tetap masih besar untuk kami, walaupun secara nasional daya beli menurun."

Dengan begitu, Lani mengatakan pihaknya dapat meningkatkan market share. Sebelumnya, ia memaparkan pertumbuhan kredit ke segmen UKM sebesar 10% yoy, lalu KKB dan KK (kredit konsumtif) di sekitar 15% per semester I-2024.

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengaku merasakan dampak pelemahan daya beli tersebut, namun dapat memitigasinya. Direktur Jaringan & Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan pertumbuhan kredit segmen retail di bank pelat merah itu melampaui industri, disertai dengan kualitas yang terjaga.

"Dampak [pelemahan daya beli] tetap ada, tapi bisa dimitigasi. Sehingga bisa tetap positif growth di atas market," pungkas Aquarius saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (9/8/2024).

Dia mengatakan dampak pelemahan daya beli dimitigasi Bank Mandiri dengan "upaya penyelamatan yang cepat dan tepat".


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Orang Kaya Makin Kaya, yang Miskin Makin Miskin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular