Bursa Berjangka AS Terkapar Jelang Pembukaan Wall Street

fsd, CNBC Indonesia
Senin, 05/08/2024 16:20 WIB
Foto: (AP/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham berjangka AS dibuka melemah signifikan pada perdagangan Senin (5/8/2024), menyusul pekan yang bergejolak di Wall Street, di mana Nasdaq Composite turun ke wilayah koreksi.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) berjangka turun sekitar 600 poin, atau 1,5%. S&P 500 berjangka dan Nasdaq-100 berjangka turun masing-masing 2,1% dan 3,4%.


Wall Street sedang mengalami minggu yang brutal, khususnya bagi perusahaan-perusahaan kapitalisasi terbesar. Pada hari Jumat pekan lalu, Nasdaq mebukukan kerugian minggu ketiga berturut-turut, membawa indeks teknologi ini turun lebih dari 10% dari rekor yang dibuat bulan lalu.

S&P 500 juga membukukan penurunan minggu ketiga berturut-turut, turun 2% lalu. Bahkan Dow Jones Industrial Average, yang berkinerja lebih baik, menghentikan kenaikan empat minggu berturut-turutnya, dan berbalik arah turun 2% pekan lalu.

Sementara itu untuk pasar Asia, saham Jepang resmi masuk ke zona bearish dimulai dari aksi jual besar-besaran sejak minggu lalu.

Indeks Nikkei 225 merosot tajam 12,4% hari ini dan ditutup di level 31,458.42. Ini merupakan hari terburuk bagi indeks sejak "Black Monday" tahun 1987. Kerugian sebesar 4,451.28 poin pada indeks juga merupakan yang terbesar dalam sejarah, dari sisi poin secara keseluruhan.

Imbal hasil Treasury AS juga anjlok. Obligasi obligasi 10 tahun pada hari Jumat menghasilkan 3,79%, turun dari satu minggu sebelumnya di 4,20%.

Kemunduran saham baru-baru ini diperburuk pada hari Jumat ketika laporan pekerjaan yang mengecewakan memicu kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve melakukan kesalahan minggu lalu ketika mempertahankan suku bunga tidak berubah, dan bahwa perekonomian sedang menuju resesi.

Investor sekarang akan mengamati apakah penurunan ini dapat berlanjut. S&P 500 berada 5,7% di bawah level tertinggi sepanjang masa. Dow, turun 3,9%.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ngeri-ngeri Sedap, Bankir Ungkap Efek Ketidakpastian Trump