
IHSG Gak Jadi Happy Weekend Tertekan Kinerja Saham Blue Chip

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (2/8/2024) akhir pekan ini, di mana investor tampaknya mulai kembali merealisasikan keuntungannya pada hari ini.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,24% ke posisi 7.308,12.Meski berakhir di zona merah, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 7.300 pada perdagangan akhir pekan ini.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,6 triliun dengan volume transaksi mencapai 14 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 896.717 kali. Sebanyak 240 saham terapresiasi, 295 saham terkoreksi, dan 220 saham stabil.
Secara sektoral, sektor transportasi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,04%.
Selain itu, beberapa saham terpantau juga menjadi penekan (laggard) IHSG. Berikut daftarnya.
Emiten perbankan raksasa di Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan terbesar indeks di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 11,6 indeks poin.
IHSG berakhir merana, setelah kemarin ditutup melesat sekitar 0,9% atau nyaris 1%. Tampaknya investor mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini. Apalagi, pada perdagangan hari ini merupakan perdagangan akhir pekan.
Kemarin, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.
Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 basis poin (bp). Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bp belum ada dalam bayangan The Fed.
"Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bp) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini," katanya.
Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.
Namun, respons positif investor di dalam negeri akan pernyataan Powell tampaknya hanya bersifat sementara dan IHSG pun mulai berbalik arah ke zona merah.
Dari dalam negeri, data ekonomi yang dirilis kemarin cenderung mengecewakan. Pertama yakni data aktivitas manufaktur terbaru dan menjadi kontraksi pertama sejak Agustus 2021 atau hampir tiga tahun terakhir.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global kemarin menunjukkan manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke49,3 pada Juli 2024. PMI Manufaktur Indonesia terus memburuk dan turun selama empat bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 menjadi 49,3 pada Juli 2024.
Tak hanya itu saja, data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia pada periode Juli 2024 kembali mengalami deflasi dan menjadi ketiga kalinya secara beruntun sepanjang tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan IHK Tanah Air pada bulan lalu mengalami deflasi sebesar 0,18% secara bulanan (month-to-month/mtm), dari sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar 0,08% pada Juni lalu dan 0,03% pada Mei.
"Pada Juli 2024 terjadi deflasi 0,18%, deflasi terdalam pada 2024 dan deflasi ketiga beruntun," ungkap Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Kamis (1/8/2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya