
Laba Emiten Cat Crazy Rich Surabaya (AVIA) Stagnan di Semester I-2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten cat milik crazy rich Surabaya Hermanto Tanoko, Avia Avian (AVIA), membukukan laba bersih yang relatif stagnan pada semeter pertama 2024. Mengutip laporan keuangan terbaru, laba bersih AVIA hanya tumbuh 0,2% menjadi Rp 808 miliar dalam enam bulan pertama tahun ini, dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 807 miliar.
Stagnasi pertumbuhan laba ini terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang juga hanya mampu tumbuh 3,22% menjadi Rp 3,62 triliun hingga Juni 2024 dari semula senilai Rp 3,51 triliun setahun sebelumnya.
Beban pokok penjualan juga tercatat naik 3,48% menjadi Rp 1,99 triliun.
Adapun beban penjualan perusahaan melejit naik dua digit yakni 13,21% menjadi Rp 620,75 miliar. Secara spesifik, beban promosi dan iklan perusahaan tercatat melonjak 83% menjadi Rp 81,53 miliar dari sebelumnya Rp 44,56 miliar.
Perusahaan juga tercatat memperoleh penghasilan keuangan dari investasi di surat berharga negara, deposito dan rekening giro yang secara total nilainya mencapai Rp 141,79 miliar. Angka tersebut naik 26% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 138,23 miliar.
Dalam laporan terbaru, AVIA yang resmi melantai di BEI pada 8 Desember 2021 mengungkapkan perusahaan masih memiliki sisa dana IPO sebesar Rp 1,19 triliun dari total yang diterima bersih dari sebesar Rp 5,65 triliun di pasar modal RI. Adapun sisa dana IPO tersebut nyaris secara eksklusif didepositokan di BCA dengan jenis simpanan obligasi.
Dalam laporan keuangan terbaru, manajemen mengungkapkan ada sejumlah risiko yang dihadapi dalam menjalan bisnis.
"Aktivitas Grup rentan terhadap berbagai risiko keuangan: risiko pasar (termasuk risiko nilai mata uang asing, risiko harga, dan risiko tingkat suku bunga), risiko kredit dan risiko likuiditas. Program manajemen risiko Grup secara keseluruhan dipusatkan pada pasar keuangan yang tidak dapat diprediksi dan Grup berusaha untuk memperkecil efek yang berpotensi merugikan kinerja keuangan Grup," terang manajemen.
Lebih lanjut perusahaan juga mengingatkan terkait risiko fluktuasi nilai tukar terhadap kelangsungan bisnis perusahaan. Diketahui mata uang fungsional AVIA adalah rupiah.
"Grup menghadapi risiko nilai tukar mata uang asing karena sebagian pembelian dan biaya operasionalnya dalam mata uang asing. Penurunan/penguatan nilai tukar mata uang asing terhadap Rupiah, mengakibatkan utang dan biaya operasional dalam Rupiah menurun/meningkat," jelas manajemen.
Nilai aset perusahaan pada semester pertama tahun ini tercatat turun menjadi Rp 10,86 triliun dari semula mencapai Rp 11,17 triliun pada akhir Desember 2023.
Liabilitas perusahaan tercatat senilai Rp 1,20 triliun, dengan 94% merupakan kewajiban jangka panjang. Sementara itu, ekuitas AVIA turun menjadi Rp 9,65 triliun dari posisi akhir tahun Rp 9,92 triliun.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Avian (AVIA) Tebar Dividen Rp 1,36 T, Investor Bakal Dapat Segini
