
Wall Street Dibuka Mixed, S&P 500-Nasdaq Masih Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali dibuka beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Kamis (25/7/2024), karena investor mempertimbangkan lebih banyak hasil kinerja emiten di kuartal II-2024 dan data ekonomi AS terbaru.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau berhasil menguat 0,33% ke posisi 39.986,16. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masih melanjutkan pelemahannya. S&P 500 melemah 0,33% ke 5.409,22 dan Nasdaq ambles 1,02% menjadi 17.166.
Saham FordMotor anjlok 16% setelah pendapatan kuartal kedua perusahaan jauh lebih rendah dari perkiraan analis. Sedangkan saham maskapai Negeri Paman Sam yakni American Airlines ambruk 4%, setelah perusahaan memangkas proyeksinya.
Investor juga mencerna rilis data awal pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024. Departemen Perdagangan AS melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal II-2024 tumbuh 2,8% pada basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), lebih tinggi dari kuartal I-2024 yang hanya tumbuh 1,4%.
Angka awal PDB AS pada kuartal II-2024 ini juga berada di atas ekspektasi pasar sebelumnya yang memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam akan tumbuh 2%.
Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa dunia usaha terus berinvestasi dan konsumen masih mendorong pertumbuhan dengan belanja mereka, meskipun harga barang masih cenderung tinggi.
Ketika perekonomian Negeri Paman Sam terus berkembang dari April hingga Juni 2024, inflasi kembali mengalami tren penurunan dan tampaknya berada pada jalur yang tepat untuk semakin melambat menuju target yang ditetapkan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.
Perekonomian AS akan mempertahankan apa yang disebut "soft landing", yaitu ketika inflasi kembali ke target The Fed tanpa resesi, suatu prestasi yang hanya terjadi sekali, yaitu pada tahun 1990-an, menurut beberapa ekonom.
Laporan PDB terbaru menunjukkan bahwa ukuran utama permintaan konsumen meningkat pada kuartal kedua ke tingkat tahunan sebesar 2,9%, menyamai tingkat pada kuartal keempat tahun 2023 yang merupakan laju terkuat dalam dua tahun. Ukuran investasi bisnis juga menguat pada periode April hingga Juni.
Kesehatan perekonomian AS saat ini menunjukkan bahwa The Fed sejauh ini telah berhasil menangani inflasi dan hasil akhirnya sudah terlihat jelas.
Di lain sisi, investor melihat penurunan baru-baru ini sebagai tanda koreksi yang sudah terlambat di pasar yang sudah jenuh beli (overbought), yang kini melihat adanya peralihan dari teknologi megacap ke saham-saham berkapitalisasi kecil dan area yang lebih bersifat siklus.
Menurut Keith Lerner, analis dari Truist yakin masih ada ruang untuk melakukan fase perbaikan ini, meskipun ada pandangan positif terhadap sektor teknologi.
"Aksi pasar yang lebih tajam akhir-akhir ini konsisten dengan ekspektasi kami dan akan terus berlanjut. Kasus dasar kami adalah bahwa pasar bullish jangka panjang tetap utuh, namun sering kali terjadi dua langkah maju, satu langkah mundur," ujar Lerner, dikutip dari CNBC International.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Lanjutkan Penguatan, Cetak Rekor Lagi?
