Investor Kecewa Dengan Kinerja Big Tech, Wall Street Dibuka Merana

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 July 2024 21:15
Final numbers for the Dow Jones industrial average are displayed after the close of trading on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in Manhattan in New York, U.S., October 11, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (24/7/2024), karena investor cenderung kecewa dengan kinerja keuangan kuartal II-2024 dari dua big tech AS yakni Alphabet dan Tesla.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melemah 0,38% ke posisi 40.204,48, S&P 500 merosot 0,88% ke 5.506,62, dan Nasdaq Composite ambles 1,48% menjadi 17.731,88.

Kemarin, kinerja keuangan Alphabet (Google) pada kuartal II-2024 memang cukup menggembirakan, di mana pendapatan dan laba kuartal kedua berhasil melampaui ekspektasi analis. Namun sayangnya, pendapatan dari iklan di YouTube turun di bawah perkiraan konsensus.

Alphabet berhasil mencetak pendapatan dan laba yang berada di atas ekspektasi analis di kuartal II-2024. Capaian ini didorong oleh peningkatan penjualan iklan digital dan permintaan yang sehat untuk layanan komputasi awan, namun mengindikasikan belanja modal akan tetap tinggi untuk tahun ini.

Sedangkan di Tesla, laba bersihnya mengalami penurunan hingga 45% pada kuartal II-2024. Laba bersih Tesla dalam tiga bulan kedua tahun ini tercatat senilai US$ 1,48 miliar atau setara Rp 23,94 triliun (asumsi kurs Rp 16.200/US$), turun signifikan dari catatan setahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,70 miliar (Rp 43,79 triliun).

Penurunan signifikan kinerja Tesla terjadi di tengah permintaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang mulai mendingin, serta perang harga sedang terjadi akibat munculnya banyak penantang baru di segmen industri otomotif ramah lingkungan.

Kekecewaan investor akan kinerja keuangan Alphabet dan Tesla pada kuartal II-2024 pun berimbas ke saham-saham big tech AS lainnya, seperti Nvidia dan Meta Platform (Facebook) yang ambruk lebih dari 3%, sedangkan Microsoft merosot 1% di awal sesi hari ini.

Laporan-laporan tersebut menandai pandangan pertama investor terhadap bagaimana nasib perusahaan-perusahaan mega caps selama kuartal kedua 2024. Laporan dari nama-nama tersebut menjadi perhatian khusus bagi investor di Wall Street karena kelompok kecil ini bertanggung jawab atas sebagian besar keuntungan pada tahun ini.

Namun sejauh ini, musim laporan keuangan secara keseluruhan dimulai dengan baik. Berdasarkan data dari FactSet,lebih dari 25% emiten di S&P 500 telah melaporkan pendapatan kuartal kedua mereka, dengan sekitar 80% di antaranya melampaui ekspektasi.

Di lain sisi, investor sebagian besar telah memperkirakan kemungkinan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Dikombinasikan dengan meningkatnya kepercayaan terhadap soft landing, pasar terus menguat, dengan sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham-saham berkapitalisasi kecil dan industri meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

"Anda akan melihat perekonomian yang terus tumbuh, perusahaan-perusahaan yang terus mengelola lingkungan dengan sangat baik, dan pasar yang mencerminkan hal tersebut melalui valuasinya yang tinggi," kata Dan Greenhaus, kepala strategi dan ekonom Solus Alternative Asset Management, dikutip dari CNBC International.

Namun, pasar cenderung wait and see menanti rilis data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024 serta menunggu inflasi personal AS di akhir pekan ini.

Menurut FactSet, PDB diperkirakan akan meningkat sebesar 1,9%. Jika laporan sesuai dengan prediksi, ini akan menandai peningkatan dari kenaikan 1,4% selama kuartal pertama.

Namun, ini akan menjadi perlambatan yang cukup mencolok dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2023, di mana PDB naik 4,9% pada kuartal ketiga dan 3,4% pada kuartal keempat.

Jika PDB AS mengalami peningkatan, maka tendensi untuk terjadinya pemangkasan suku bunga The Fed di September akan semakin kecil.

Sementara inflasi AS (Personal Consumption Expenditure/PCE) masih diperkirakan melandai Namun masih belum menyentuh level 2% sesuai target The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Lapangan Kerja AS Panas Lagi, Wall Street Dibuka Loyo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular