
OJK Bantah Perdagangan Bursa Karbon Sepi

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyanggah bahwa transaksi di Bursa Karbon Indonesia atau IDX Carbon masih sepi peminat. Tercatat, per 3 Juli 2024, akumulasi volume perdagangan di bursa karbon sebanyak 608.740 ton CO2 atau senilai Rp36,78 miliar.
"Siapa bilang [sepi peminat]? Nggak," ucap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/7/2024).
Sebelumnya, Direktur Pengawasan Bursa Karbon OJK Lufaldy Ernanda mengatakan bahwa jumlah itu masih jauh dari ekspektasi dan potensi kredit karbon di Indonesia yang mencapai Rp3.000 triliun.
"Kalau di-compare dengan ekspektasi kita, terus terang jauh di atas ini sih. Jadi memang boleh kita sampaikan secara overall, kita memang melihat perkembangannya masih sangat slow, bahkan bukan slow tapi sangat slow," ujar pria yang akrab disapa Aldy itu pada saat acara IDX Carbon Update, Kamis (4/7/2024) lalu.
Asal tahu saja, Indonesia telah memulai perdagangan kredit karbon perdananya pada 26 September 2023, ketika diluncurkannya Bursa Karbon Indonesia. Hal tersebut menjadi catatan sejarah bagi Indonesia karena memiliki misi yang cukup penting, yaitu menciptakan pasar dalam mendanai pengurangan emisi gas rumah kaca dan menjadi peserta utama dalam perdagangan karbon global.
Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan hujan terbesar ketiga di dunia. Namun, Indonesia juga dinilai sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Indonesia pun ini telah menetapkan target untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan bursa karbon ini memang hal yang baru, masih dibutuhkan pemahaman.
Meskipun perdagangannya masih jauh dari ekspektasi, Jeffrey memandang sisi positifnya, bahwa volume transaksi di IDX Carbon sudah hampir 3 kali lipat melebihi bursa karbon Malaysia yang diluncurkan 9 bulan lebih awal.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Perluas Perdagangan Karbon, RI Butuh Tebar Insentif Ini