
Akhir Pekan IHSG Gak Sumringah, 5 Saham Ini yang Jadi Bebannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (19/7/2024) akhir pekan ini, meski sentimen pasar global makin membaik.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup melemah 0,36% ke posisi 7.294,49. IHSG terkoreksi kembali ke level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9 triliun dengan volume transaksi mencapai 14 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 225 saham terapresiasi, 320 saham terdepresiasi, dan 247 sisanya cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,37%.
Selain itu, beberapa saham terpantau juga menjadi penekan (laggard) IHSG. Berikut daftarnya.
Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 8,4 indeks poin.
IHSG merana setelah kemarin ditutup melonjak sekitar 1,3% dan berhasil kembali ke level psikologis 7.300. Apalagi, pada perdagangan hari ini merupakan perdagangan terakhir di pekan ini, sehingga biasanya investor mulai melakukan aksi profit taking.
Di lain sisi, IHSG merana meski ada kabar sedikit menggembirakan dari Amerika Serikat (AS), di mana data tenaga kerja AS terbaru kembali mendingin.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah orang Amerika yang mengajukan permohonan baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu, yakni menjadi 243.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 13 Juli.
Angka ini tentunya lebih baik dari perkiraan pasar sebelumnya yang memperkirakan kenaikan klaim pengangguran menjadi 230.000.
Hal ini menandakan bahwa semakin sulit bagi para penganggur untuk mendapatkan pekerjaan baru dibandingkan tahun lalu. Jumlah pengangguran membengkak ke level tertinggi dalam lebih dari 2-1/2 tahun pada minggu pertama bulan Juli, sejalan dengan kenaikan tingkat pengangguran baru-baru ini.
Melonggarkannya pasar tenaga kerja dan menurunnya inflasi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi menurunkan suku bunga pada September, dan pasar keuangan mengantisipasi penurunan suku bunga tambahan pada November dan Desember.
Berdasarkan perangkat Fedwatch, pasar menilai ada peluang bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed mulai pangkas suku bunga pada September. Probabilitas mencapai 91,7 suku bunga turun pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.
Pemangkasan tersebut berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing 25 basis poin pada pertemnuan November dan satu lagi pada Desember.
Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan penurunan tiga kali dalam setahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya