Pasar Tunggu Keputusan Suku Bunga BI, Bagaimana Nasib Rupiah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bakal dipengaruhi oleh keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada siang hari ini, Rabu (17/7/2024).
Sementara itu, pergerakan rupiah pada kemarin, Selasa (16/7/2024) menurut data Refinitiv ditutup melemah 0,06% ke angka Rp16.175/US$. Pelemahan ini melanjutkan depresiasi yang terjadi pada sehari sebelumnya.
Artinya, pada pekan ini rupiah sudah melemah dua hari beruntun akibat masih dibayangi surplus neraca dagang yang semakin menipis.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan surplus neraca perdagangan sebesar US$2,39 miliar pada Juni 2024. Angka ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang surplus US$2,93 miliar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis BPS, Senin (15/7/2024), mengatakan surplus neraca dagang Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$4,43 miliar, di mana komoditas yang memberikan sumbangan adalah bahan bakar mineral lemak dan minyak hewan nabati, besi baja, dan beberapa komoditas lain.
Menanggapi hal ini, ekonom senior Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia yang surplus namun di bawah ekspektasi ini dapat melemahkan nilai tukar rupiah. Hal ini akan berdampak pada tekanan pada pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, saat ini pelaku pasar juga sedang bersikap wait and see perihal data suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan dirilis siang hari ini.
Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 12 lembaga/institusi yang mayoritas memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun diturunkan pada pertemuan Juli ini. Namun satu suara menunjukkan ada potensi BI rate akan dinaikkan bulan ini.
Chief Economist BRI Anton Hendranata menyampaikan bahwa tidak ada alasan BI menaikkan suku bunganya pada Juli 2024 ini. Hal ini ia perkirakan mengingat rupiah masih in range sesuai dengan ekspektasi BI serta cadangan devisa (cadev) yang masih tetap tinggi yakni sebesar US$140,2 miliar pada Juni 2024.
Lebih lanjut, Anton juga menyampaikan bahwa keputusan BI rate tak lepas dari suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed).
"Model ekonometrik menunjukkan bahwa pergerakan suku bunga The Fed berpengaruh signifikan terhadap probabilitas BI rate. Kenaikan suku bunga The Fed akan mendorong peningkatan BI rate dengan probabilitas 76%," ujar Anton dalam Central Banking di CNBC Indonesia (15/7/2024).
Anton juga menjelaskan bahwa data ekonomi AS saat ini mendukung untuk The Fed memangkas suku bunga.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga untuk mengantisipasi ketidakpastian global dan masa transisi pemerintahan baru.
"BI masih perlu jaga suku bunga sejalan antisipasi ketidakpastian di global election dan transisi ke presiden baru," tutur Hoasianna.
Teknikal Rupiah
Tren penguatan rupiah dalam basis waktu per jam kian terkikis oleh pelemahan yang terjadi selama dua hari terakhir. Resistance terdekat atau level yang patut diantisipasi jika pelemahan masih berlanjut bisa berada di posisi Rp16.210 yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 100 jam atau MA100.
DI sisi lain, jika pergerakan hari ini bisa berbalik menguat lagi, maka level yang patut dicermati ada di support terdekat Rp16.120/US$ yang diambil dari low candle intraday pada 12 Juli 2024.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)