Harap-harap Cemas Pengusaha Menanti Rabu, Berdoa Ini Tak Terjadi!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
16 July 2024 09:15
Infografis: Alarm Pengusaha Cuma Kuat Sampai Juni, Tempat Kerjamu Bukan?
Foto: Infografis/Alarm Pengusaha Cuma Kuat Sampai Juni, Tempat Kerjamu Bukan?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha meminta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI Rate dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia per Juli 2024.

Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Fiskal & Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anggana Bunawan mengatakan, banyak kebijakan yang bisa ditempuh BI saat ini untuk menstabilkan kurs tanpa harus kembali menaikkan BI Rate.

"Memang kita masih berharap BI memberi satu indikasi yang lebih cenderung stabil dan tidak menggunakan kebijakan penyesuaian suku bunga yang naik untuk dapat melakukan peredaman terhadap pelemahan rupiah," ucap Anggana dalam program Power Lunch CNBC Indonesia dikutip Selasa (16/7/2024).

Kurs rupiah di level atas Rp 16.000 itu kata Anggana memang hingga kini membuat pengusaha sulit melakukan ekspansi bisnis, karena mayoritas bahan baku untuk produksi masih banyak yang harus dipenuhi dari impor. Hal itu menyebabkan biaya produksi tinggi.

"Sebetulnya stabilitas nilai tukar rupiah itu akan menjadi salah satu parameter bagaimana proyeksi kinerja kami ke depan karena kita ketahui banyak sekali bahan baku yang saat ini masih dipengaruhi dengan pasokan dari luar negeri yang kebanyakan gunakan mata uang dolar AS," tuturnya.

Maka, pengusaha ia akui memang sangat membutuhkan pergerakan kurs kembali ke kisaran bawah Rp 16.000 untuk bisa kembali ekspansi usaha dan menggeliatkan produksi. Stabilitas kurs di kisaran itu ia anggap bisa diperoleh tanpa harus melalui kebijakan moneter ketat.

"Misal koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan pasokan dolar itu tidak kekurangan dan berbagai kebijakan yang kemarin sudah sempat di highlight juga bahwa kebijakan dolar hasil ekspor sudah cukup baik diterima pelaku usaha," ungkap Anggana.

Di sisi lain, ia melanjutkan, BI juga harus bisa berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga sentimen pelaku pasar keuangan tetap positif, supaya tidak terjadi kondisi seperti beberapa waktu lalu saat merebaknya isu rencana Presiden Terpilih Prabowo Subianto menaikkan rasio utang terhadap PDB mencapai 50% dari kisaran saat ini 38%.

"Itu sudah beri indikasi positif bahwa bagaimana kita maintain satu, intinya faktor defisit anggaran yang sudah disepakati tetap konservatif. Itu jadi kabar baik juga untuk para analis di luar sana maupun dalam negeri untuk memberi penilaian terhadap kinerja kita di masa mendatang," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, BI terus mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,25% selama tiga bulan terakhir. BI Rate terakhir kali dinaikkan BI dalam rapat dewan gubernur pada April 2024 sebesar 25 basis points (bps) dari sebelumnya pada Mei 2024 sebesar 6,00%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya memberikan sinyal bahwa BI tidak akan menaikkan lagi suku bunga acuannya dalam waktu dekat setelah kenaikan pada April 2024. BI Rate diperkirakan akan dipertahankan pada level 6,25%.

"Dengan data yang sekarang, kami melihat kenaikan BI Rate dan SRBI itu cukup untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan memastikan inflow serta inflasi," kata Perry dalam media briefing di kantornya, Jakarta, Rabu, (8/5/2024).

Dia mengatakan, indikasinya ialah penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi lebih cepat dari perkiraan BI. Selain itu, inflasi juga terkendali dalam rentang target 2,5% plus minus 1%. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 pun mencapai 5,11% atau melebihi ekspektasi BI.

"Tentu saja dengan kenaikan BI Rate dan SRBI, serta data yang sekarang ada menunjukkan bahwa memang tidak lagi ada keperluan untuk menaikkan BI Rate," katanya

Meski demikian, Perry mengatakan dirinya tak mau mendahului hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur BI. Dia mengatakan BI akan terus memantau perkembangan data terkait nilai tukar, inflasi dan perekonomian.

"Hasilnya tunggu nanti RDG bulanan, semuanya tetap data dependent," kata dia.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penyebab Cadangan Devisa RI US$155,7 M: Utang Sampai Devisa Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular