RDG BI Hari Pertama Dimulai, Mampukah Rupiah Menguat?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau melemah terhadap dolar AS setelah rilis data neraca dagang yang lebih rendah dari perkiraan.
Pasar keuangan hari ini, Selasa (16/7/2024) tampaknya akan terpengaruh pidato Powell semalam dan menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Melansir data Refitiv, pada akhir perdagangan kemarin, Senin (15/7/2024) rupiah ditutup melemah 0,19% menjadi Rp16.165/US$.
Rupiah melemah setelah surplus neraca dagang periode Juni 2024 berada di bawah konsensus. BPS mengumumkan bahwa neraca perdagangan tercatat surplus US$2,39 miliar. Surplusnya neraca ini terbilang di bawah konsensus CNBC Indonesia yang diperkirakan sebesar US$2,88 miliar.
Hal ini tentu menjadi sentimen yang cukup negatif karena semakin tipisnya neraca perdagangan ini, maka dikhawatirkan terjadi supply dolar AS di dalam negeri akan semakin sedikit.
Beralih pada hari ini, pasar keuangan RI akan digerakkan soal ekspektasi suku bunga The Fed dan Bank Indonesia. Investor mencermati peluang adanya penurunan suku bunga.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Senin mengatakan tiga pembacaan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini "menambah keyakinan" bahwa laju kenaikan harga kembali ke target
The Fed secara berkelanjutan, pernyataan yang menunjukkan peralihan ke penurunan suku bunga mungkin tidak akan lama lagi.
"Pada kuartal kedua, sebenarnya, kami berhasil mencapai beberapa kemajuan" dalam mengendalikan inflasi, kata Powell pada sebuah acara di Economic Club of Washington. "Kami memiliki tiga pembacaan yang lebih baik, dan jika Anda menghitung rata-ratanya, itu adalah hasil yang cukup bagus."
Harga konsumen pada kuartal kedua naik pada laju tahunan sebesar 2,1%, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang bergejolak, dan indeks tersebut cenderung lebih tinggi daripada indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi yang disukai oleh The Fed. Data PCE untuk bulan Juni baru akan dirilis minggu depan.
"Apa yang kami sampaikan adalah bahwa menurut kami tidak tepat untuk mulai melonggarkan kebijakan sampai kami memiliki keyakinan yang lebih besar" bahwa inflasi akan kembali stabil ke angka 2%, lanjut Powell. "Kami telah menunggu hal itu. Dan menurut saya kami tidak memperoleh kepercayaan tambahan apa pun pada kuartal pertama, namun tiga pembacaan pada kuartal kedua, termasuk satu dari minggu lalu, sedikit menambah kepercayaan diri."
Deskripsi Powell mengenai perekonomian menunjukkan bahwa ia memandang perekonomian dengan cara yang penting sebagai kembali ke keseimbangan yang memungkinkan kembalinya inflasi secara stabil sesuai target bank sentral, dan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mencoba melindungi sisi lapangan kerja penuh negara tersebut. dua tujuan yang ditetapkan Kongres.
Sementara dari domestik, pada besok Rabu (17/7/2024) ada pengumuman bulanan penting dari Bank Indonesia (BI) yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung dalam dua hari (16- 17 Juli 2024) dan akan diumumkan hasilnya pada Rabu sore hari.
Menarik untuk dicermati bagaimana pandangan Bank Indonesia (BI) terkait kondisi ekonomi terkini, terutama tentang rupiah yang sempat melemah menembus level terpuruk sejak Pandemi Covid-19 dan kini sudah mulai menguat lagi, serta kebijakan suku bunga acuan.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih dalam tren penguatan meskipun dalam sehari kemarin ada pelemahan. Jika hari ini bisa berbalik menguat lagi, potensi level yang bisa diuji di Rp16.120/US$ yang merupakan support terdekat dari low candle intraday 12 Juli 2024.
Sementara itu, jika terjadi pelemahan lagi, bisa diantisipasi di resistance terdekat di posisi Rp16.185/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)