
Rugi Rp 7,12 Triliun Gegara Whoosh, Saham WIKA Kok Terbang 125%?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten konstruksi BUMN Karya PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terpantau kembali melesat pada perdagangan sesi II Jumat (12/7/2024), di mana saham WIKA sudah melesat cukup tinggi meski dua hari terakhir terkoreksi.
Per pukul 14:24 WIB, saham WIKA melejit 7,84% ke posisi Rp 220/saham. Saham WIKA pada hari ini bergerak di rentang harga Rp 191 - Rp 230 per saham. Bahkan, dalam sebulan saham WIKA tercatat melejit 125% dalam sebulan.
Saham WIKA sudah ditransaksikan sebanyak 11.677 kali dengan volume sebesar 264,49 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 58,38 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 8,77 triliun.
Hingga pukul 14:24 WIB, di order offer atau jual, pada harga Rp 228/saham menjadi posisi dengan antrean jual terbanyak di sesi II hari ini, yakni mencapai 108.649 lot atau sekitar Rp 2,5 miliar.
Sedangkan di order bid atau beli, pada harga Rp 210/saham menjadi posisi dengan antrean beli terbanyak di sesi II yakni mencapai 49.632 lot atau sekitar Rp 1,04 miliar.
Saham WIKA berhasil melesat meski rugi perseroan membengkak disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Hal ini dikonfirmasi oleh Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito.
"Ada dua komponen yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat aliasi Whoosh yang tiap tahun juga cukup besar," ujarnya saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, dikutip Rabu (10/7).
PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60%. WIKA sendiri menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38% saham.
Seperti diketahui, WIKA mencatatkan rugi Rp 7,12 triliun sepanjang tahun 2023. Kerugian bersih WIKA membengkak 11.860% dari kerugian Rp 59,59 miliar di tahun 2022.
Tercatat, beban WIKA membengkak yang terdiri dari beban lain-lain naik 310,16% menjadi Rp 5,40 triliun. Sementara beban keuangan meningkat 133,70% sebesar Rp 3,20 triliun di tahun 2023.
"Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat," sebutnya.
Agung mengungkapkan, WIKA telah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk proyek kereta cepat Jakarta - Bandung tersebut sebesar Rp 6,1 triliun.
"Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun sehingga hampir Rp12 triliun," jelasnya.
Dengan demikian, Agung menambahkan perseroan harus mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi yang akhirnya membuat beban keuangan membengkak.
"Untuk memenuhi uang ini, mau tidak mau WIKA harus melakukan pinjaman melalui obligasi, apalagi dengan adanya bisnis properti yang kami memberikan SHL [Surat Hibah Lahan] cukup besar pada kurun waktu 2019 - 2022," pungkasnya.
Diketahui, saham WIKA sudah melesat cukup tinggi sejak beberapa hari belakangan. Saham WIKA terpantau mulai bangkit pada perdagangan 20 Juni lalu. Setelah itu, WIKA mencetak penguatan selama tiga hari beruntun. Kemudian pada perdagangan 25-27 Juni, WIKA cenderung kembali merana.
Namun pada perdagangan 28 Juni, WIKA kembali bangkit. Bahkan pada perdagangan 1-3 Juli, WIKA sempat melejit hingga sekitar 20%.
Sejak penutupan perdagangan 19 Juni lalu di Rp 80/saham sampai dengan perdagangan sesi II hari ini, saham WIKA ternyata sudah meroket 175%.
Di lain sisi, kenaikan saham WIKA pada sesi II hari ini terjadi setelah WIKA mendapatkan tambahan modal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2 triliun.
Pada rapat kerja (raker) Komisi VI DPR RI bersama Menteri BUMN Erick Thohir, menyetujui usulan PMN kepada 16 perusahaan BUMN dengan total Rp 44,24 triliun. Dari total tersebut, Rp 5,65 triliun di antaranya resmi akan mengalir kepada tiga emiten BUMN karya, termasuk diantaranya WIKA.
WIKA mengajukan PMN sebesar Rp 2 triliun untuk tahun anggaran 2025 yang diperlukan untuk menyelesaikan delapan proyek strategis, baik proyek baru maupun yang masih berjalan.
Proyek-proyek tersebut antara lain pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 senilai Rp 5,5 triliun dengan alokasi PMN Rp 600 miliar, serta Jalan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) kawasan pertahanan dan keamanan senilai Rp 1,35 triliun dengan rencana alokasi PMN Rp 100 miliar.
Sementara proyek WIKA lainnya yakni pembangunan jaringan interkoneksi instalasi pengolahan air Sepaku di Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan Tol Semarang-Demak 1B, proyek Terminal II Bandara Hang Nadim di Batam.
Selanjutnya, anggaran PMN tersebut juga rencananya akan digunakan untuk pembangunan LPG Refrigerated Tuban Fase II di Jawa Timur, revitalisasi Dermaga Gospier di Integrated Terminal Surabaya, dan pembangunan Jetty I Baru di Integrated Terminal Manggis di Bali.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Saham Wijaya Karya (WIKA) Melesat 77,3% Seminggu, Bos Buka Suara