Indonesia Dukung Penerbitan 'Orange Bonds' untuk Kesetaraan Gender

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
10 July 2024 17:17
Sekelompok perempuan berkebaya memperingati Hari Kartini di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu,21/4. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki)
Foto: Sekelompok perempuan berkebaya memperingati Hari Kartini di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu,21/4. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkenalkan obligasi oranye atau orange bonds di Indonesia. Orange bonds itu sendiri merupakan instrumen investasi yang ditujukan untuk menciptakan sistem keuangan yang memberdayakan gender dan mendukung kesetaraan gender.

Kata Orange tersebut diambil dari warna oranye Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB Goals 5 (UN SDGs 5), yakni warna yang merepresentasikan Kesetaraan Gender atau Orange Movement.

"Ini tujuannya mengatasi kesenjangan gender dan dampak perubahan iklim dengan mengintegrasikan prinsip keuangan berkelanjutan ke dalam pasar modal," kata Koordinator Ahli Sekretariat Nasional Implementasi SDGs Bappenas Yanuar Nugroho di Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Pemerintah meyakini, dengan penerbitan Orange Bonds, setidaknya kesenjangan pendanaan untuk mencapai target-target SDG's di Indonesia masih bisa makin berkurang. Kesenjangan pendanaan itu mencapai Rp 24.000 triliun.

"Untuk pembiayaan SDG's itu saat ini pasca pandemi kami hitung ulang untuk Indonesia Rp 24 ribu triliun. Karena itu butuh berbagai instrumen pendanaan inovatif untuk menutup celah, menutup kekurangan pendanaan," tegasnya.

Meski begitu, pemerintah belum memiliki target pasti kapan akan mulai menerbitkan Orange Bonds di Indonesia. Sebab, kini tengah mempersiapkan dulu mekanisme pasarnya sesuai dengan prinsip-prinsip inisiatif Orange Movements yang telah lebih dulu bergerak secara global melalui IIX sejak 2022 lalu.

"Jadi yang jelas public awareness dan literasi masyarakat dulu terkait ini perlu didorong. Ini kenapa kami di Bappenas di Seknas SDG'ss mendorong kenapa ini (Orange Bonds) penting," ucap Yanuar.

Inisiatif Orange Movement itu sendiri dipimpin oleh Komite Pengarah Global yang terdiri dari ANZ, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), IIX, Nuveen, Badan Keuangan Pembangunan Internasional (DFC) AS, dan Water.org.

Orange Movement global ini sebetulnya mendorong pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia yang meliputi kesetaraan gender, transisi iklim, dan kemakmuran ekonomi melalui pengenalan Obligasi Oranye atau Orange Bonds di Indonesia, dengan tujuan menggerakkan Orange capital sebesar US$ 1 miliar di Indonesia pada 2025.

Melalui Orange Bonds sebagai kelas aset lintas sektoral, Gerakan Oranye bertujuan untuk memobilisasi US$10 miliar untuk memberdayakan 100 juta perempuan, anak perempuan, dan minoritas gender secara global pada 2030.

Berbeda dengan obligasi berkelanjutan tradisional yang berfokus terutama pada inisiatif ramah lingkungan, Orange Bonds mereka klaim memiliki keunikan mengatasi titik temu antara hasil dampak sosial dan lingkungan, meningkatkan transparansi dalam ekosistem.

Karena masih tahap pengenalan, COO Impact Investment Exchange (IXX) Angela Ng mengatakan, saat ini yang tengah didorong untuk penerbitan Orange Bonds di Indonesia adalah Studi Kelayakan atau Feasibility Study untuk melihat tantangan identifikasi dan transparansi proyek dalam obligasi tematik yang ada saat ini, seperti Obligasi Hijau dan Sukuk Hijau.

"Kita butuh difference layers derisking. Jadi di sini ada banyak yang masuk, mulai dari badan pemerintahan, ada beberapa lembaga donor, tapi sejauh ini kita telah mengeluarkan enam bonds sekarang dan kita tidak ada default," tegasnya.

Selain itu, dukungan pembiayaan obligasi tematik ini untuk ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih terbatas. Karena itu, peluncuran Orange Bonds ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dan mendukung masyarakat dan UMKM yang berfokus pada perempuan.

Ia menekankan, ekosistem UMKM, yang menyumbang 61% terhadap PDB dan mencakup 97% penciptaan lapangan kerja, sangat penting bagi pembangunan inklusif di Indonesia, dan mendorong penghidupan bagi perempuan dan masyarakat melalui solusi berdampak tinggi.

"Jadi ini untuk inklusi keuangan, termasuk UMKM landing dan lain-lain. Jadi sangat menarik ini ada potensi besar Indonesia untuk tumbuh," ungkap Angela Ng.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kantor Sri Mulyani Bakal Terbitkan ORI Khusus SDGs di Oktober

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular