
IHSG Berakhir Loyo di Awal Pekan, 5 Saham Big Cap Ini Jadi Pemberatnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi pada perdagangan Senin (8/7/2024), mengakhiri penguatannya yang sudah terjadi sejak pekan lalu.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup turun tipis 0,03% ke posisi 7.250,98. IHSG sempat terkoreksi hingga sekitar 0,4% pada hari ini. Namun di akhir perdagangan, IHSG berhasil memangkas koreksinya. Meski begitu, IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 318 saham menguat, 256 saham melemah, dan 223 sisanya cenderung stagnan.
Beberapa saham terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.
Saham perbankan Himbara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 18,4 indeks poin.
IHSG berbalik arah ke zona merah setelah selama dua pekan terakhir hampir konsisten bergerak di zona hijau. Berdasarkan data pasar sejak akhir Juni lalu tepatnya pada periode perdagangan 24 Juni hingga akhir pekan lalu, IHSG tercatat terus mencatatkan penguatan dan hanya terkoreksi sebanyak dua kali yakni pada perdagangan 25 Juni dan 2 Juli lalu.
Alhasil, penguatan IHSG yang cukup pesat cenderung membuat investor mulai melakukan aksi profit taking. Apalagi, IHSG yang berhasil menyentuh level psikologis 7.200 hanya dalam waktu dua pekan saja.
Di lain sisi, IHSG melemah meski dana investor asing kembali masuk ke pasar keuangan domestik hingga akhir pekan lalu.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 1-4 Juli 2024, bahwa investor asing tercatat beli neto Rp 8,34 triliun terdiri dari jual neto Rp 1,89 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp 2,08 triliun di pasar saham, dan Rp 8,15 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Totalnet foreign buylebih dari Rp 25 triliun dalam dua pekan terakhir tentu memberikan angin segar bagi Indonesia terkhusus SRBI yang semakin diminati asing dengan catatannet foreign buyselama 10 pekan beruntun.
Lebih lanjut, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmensampai dengan 4 Juli 2024, investor asing tercatat jual neto Rp 32,58 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 139,79 triliun di SRBI.
Besarnya dana asing ini tak lepas dari semakin mendinginnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) belakangan ini.
Inflasi AS terpantau mengalami pelandaian baik Consumer Price Index (CPI) maupun Personal Consumption Expenditures (PCE). Semakin melandainya data inflasi AS ini menunjukkan bahwa semakin dekatnya dengan target bank sentral AS (The Fed) di angka 2%.
Selain angka inflasi, PMI Manufaktur ISM AS juga terpantau kembali terkontraksi pada Juni 2024. PMI manufaktur ISM merosot ke 48,5 bulan lalu. Diketahui, Angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di sektor manufaktur.
Secara rinci, delapan industri manufaktur, termasuk logam primer dan produk kimia, melaporkan pertumbuhan. Permesinan, alat transportasi, peralatan listrik, peralatan dan komponen, serta komputer dan produk elektronik termasuk di antara sembilan industri yang terkontraksi.
Hal ini menjadi pendorong dan optimisme bagi pelaku pasar bahwa akan terjadinya pemangkasan suku bunga pada tahun ini.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pasar menilaicut rateĀ diekspektasikan terjadi dua kali yakni pada September dan Desember 2024 dengan total sebanyak 50 basis poin (bps).
Ketika hal tersebut terjadi, maka imbal hasilemerging marketseperti Indonesia akan menjadi lebih menarik karena menawarkan angka yang lebih tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya