Market Commentary

IHSG Ngegas & Nyaris Sentuh 7.200, 5 Saham Big Cap Jadi Penopang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 03/07/2024 16:16 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (3/7/2024), di tengah keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tetap akan memangkas suku bunganya tahun ini.

IHSG ditutup melesat 1,01% ke posisi 7.196,75. IHSG mendekati level psikologis 7.200 pada akhir perdagangan hari ini.


Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 8,2 triliun dengan melibatkan 14miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 932.085 kali. Sebanyak 325 saham menguat, 216 saham terkoreksi, dan 243 saham stagnan.

Beberapa sektor menjadi penopang IHSG pada hari ini, yakni industri yang mencapai 2,07%, transportasi sebesar 1,61%, energi sebesar 1,48%, dan bahan baku sebesar 1,16%,

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.

Terpantau emiten Prajogo Pangestu mendominasi penggerak atau movers IHSG di akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi yang paling besar yakni mencapai 7,8 indeks poin.

Namun, saham pertambangan batu bara raksasa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 26,2 indeks poin.

Bergairahnya kembali IHSG pada hari ini terjadi di tengah keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tetap akan memangkas suku bunganya dua kali tahun ini, meski Ketua The Fed, Jerome Powell perlu melihat lebih banyak lagi sebelum mengubah kebijakan.

"The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga," kata Powell dalam pidatonya di FOMC minutes Selasa (2/7/2024) kemarin.

Data pada Mei menunjukkan ukuran inflasi pilihan The Fed tidak meningkat sama sekali pada bulan tersebut, sementara tingkat kenaikan harga dalam 12 bulan telah surut menjadi 2,6%, masih di atas target bank sentral sebesar 2% namun masih dalam tahap penurunan.

The Fed telah mempertahankan suku bunga kebijakan acuannya stabil di kisaran 5,25%-5,5% sejak bulan Juli lalu, namun para pejabat masih memperdebatkan kapan harus melonggarkan kebijakan moneter karena inflasi kembali ke target bank sentral sebesar 2%.

Inflasi masih lebih dari setengah poin persentase di atas target tersebut, menurut indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang disukai The Fed, dan digambarkan sebagai "meningkat" dalam pernyataan kebijakan bank sentral tanggal 12 Juni.

Namun, data terkini mengenai inflasi dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan menunjukkan bahwa tekanan harga mungkin akan semakin berkurang, dan investor mengantisipasi penurunan suku bunga awal sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan The Fed tanggal 17-18 September.

Bagi banyak pejabat, hal ini menjadi argumen yang mendukung untuk bersabar dan menunggu lebih lama untuk melakukan penurunan suku bunga pertama.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat