
IHSG Kembali Cerah, 5 Saham Ini Jadi Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali menguat pada perdagangan sesi I Rabu (3/7/2024), di tengah keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) tetap akan memangkas suku bunganya tahun ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,27% ke posisi 7.144,28. IHSG pun masih cenderung bertahan di level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,1 triliun dengan volume transaksi mencapai 8,1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 548.156 kali. Sebanyak 278 saham menguat, 261 saham melemah, dan 233 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor industri dan transportasi menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing 1,73% dan 1,32%.
Selain itu, beberapa saham menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.
Saham raksasa batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) kembali menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 10,7 indeks poin.
Menguatnya kembali IHSG pada sesi I hari ini terjadi di tengah keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tetap akan memangkas suku bunganya dua kali tahun ini, meski Ketua The Fed, Jerome Powell perlu melihat lebih banyak lagi sebelum mengubah kebijakan.
"The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga," kata Powell dalam pidatonya di FOMC minutes Selasa (2/7/2024) kemarin.
Data pada Mei menunjukkan ukuran inflasi pilihan The Fed tidak meningkat sama sekali pada bulan tersebut, sementara tingkat kenaikan harga dalam 12 bulan telah surut menjadi 2,6%, masih di atas target bank sentral sebesar 2% namun masih dalam tahap penurunan.
"Kami hanya ingin memahami bahwa tingkat yang kami lihat adalah gambaran sebenarnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan inflasi dan kami ingin lebih percaya diri, dan sejujurnya karena perekonomian AS kuat... kami mempunyai kemampuan untuk mengambil waktu kami," ujar Powell pada konferensi kebijakan moneter di Portugal yang disponsori oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB).
The Fed telah mempertahankan suku bunga kebijakan acuannya stabil di kisaran 5,25%-5,5% sejak bulan Juli lalu, namun para pejabat masih memperdebatkan kapan harus melonggarkan kebijakan moneter karena inflasi kembali ke target bank sentral sebesar 2%.
Inflasi masih lebih dari setengah poin persentase di atas target tersebut, menurut indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang disukai The Fed, dan digambarkan sebagai "meningkat" dalam pernyataan kebijakan bank sentral tanggal 12 Juni.
Namun, data terkini mengenai inflasi dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan menunjukkan bahwa tekanan harga mungkin akan semakin berkurang, dan investor mengantisipasi penurunan suku bunga awal sebesar seperempat poin persentase pada pertemuan The Fed tanggal 17-18 September.
Bagi banyak pejabat, hal ini menjadi argumen yang mendukung untuk bersabar dan menunggu lebih lama untuk melakukan penurunan suku bunga pertama.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an