
Perbandingan Kinerja Bank Victoria Syariah & Muamalat, BTN Pilih Mana?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) belum memberikan kabar terbaru atas rencana spin off atau pelepasan unit usaha syariah (UUS) miliknya, PT BTN Syariah. Terakhir, BTN tengah dalam proses due diligence atau uji kelayakan dari rencana akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) yang dikabarkan prosesnya bakal selesai bulan April lalu.
Namun hingga kini, semua pihak seakan bungkam terkait hasil dari proses tersebut. Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, BTN memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana akuisisi bank syariah pertama RI itu, salah satu alasannya adalah nilai akuisisi BMI yang terlalu besar, yakni mencapai sekitar Rp10 triliun.
Sumber tersebut mengungkapkan kepada CNBC Indonesia bahwa BTN kini telah beralih ke PT Bank Victoria Syariah (BVS) dan sedang dalam due diligence. Nilai transaksi tersebut dikabarkan mencapai Rp1,7 triliun.
Proses due diligence ini ditargetkan dapat selesai pada bulan Juni lalu, agar proses akuisisi dapat rampung pada bulan Oktober mendatang. Dengan begitu, BTN membidik dapat menyampaikan proposal untuk merger ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan September.
Seperti diketahui, BTN membidik bank syariah lain untuk menjadi "cangkang" sebagai bagian dari proses pelepasan unit usaha syariah (UUS), BTN Syariah untuk berdiri menjadi bank umum syariah (BUS).
Lantas, bagaimana perbandingkan kinerja dari kedua calon cangkang BTN Syariah ini?
Bank Muamalat
Bank syariah pertama RI ini melaporkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik per Maret 2024 senilai Rp 2,78 miliar, turun 72,82% secara tahunan (yoy). Hal itu seiring dengan merosotnya pendapatan setelah distribusi bagi hasil.
Mengutip laporan keuangan, pendapatan dari penyaluran dana bank naik 18,53% yoy menjadi Rp 526,55 miliar. Akan tetapi bagi hasil untuk pemilik dana investasi naik lebih tinggi atau 23,29% yoy menjadi Rp 477,16 miliar. Alhasil pendapatan setelah distribusi bagi hasil bank turun 13,62% yoy menjadi Rp 49,38 miliar.
Tekanan bagi hasil tersebut juga terlihat dari rasio net imbalan (NI) bank yang turun 9 basis poin (bps) menjadi 0,35%.
Sementara itu, penyaluran pembiayaan Bank Muamalat per 31 Maret 2024 tercatat sebesar Rp21,4 triliun, tumbuh 10,2% yoy. Pada tiga bulan pertama 2024, kualitas aset bank membaik, di mana rasio pembiayaan bermasalah atau nonperforming financing (NPF) gross turun secara tahunan dari 2,75% menjadi 2,22%. Akan tetapi pada periode yang sama NPF net naik dari 0,75% menjadi 1,17%.
Rasio pembiayaan terhadap simpanan atau financing to deposit ratio (FDR) pun terkerek naik secara tahunan dari 42,47% menjadi 46,32% pada akhir Maret 2024.
Adapun dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh 1,3% yoy dari Rp 45,5 triliun menjadi Rp 46,1 triliun. Dana murah, khususnya giro, menjadi andalan seiring dengan strategi perseroan yang aktif menawarkan layanan pengelolaan keuangan berbasis internet atau cash management system (CMS) kepada nasabah.
Sementara itu, aset Bank Muamalat tercatat sebesar Rp 64,9 triliun, naik 5,4% yoy.
Modal inti utama bank ini pun sebesar Rp4,69 triliun per Maret 2024, turun dari setahun sebelumnya Rp4,80 triliun. Rasio kecukupan modal (CAR) juga makin susut jadi sebesar 30,93% dari setahun sebelumnya 32,38%.
Bank Victoria Syariah
Entitas usaha PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) ini mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp7,73 miliar per Maret 2024, naik 47,74% yoy. Mengutip laporan keuangannya, peningkatan kinerja itu berasal dari pendapatan dari penyaluran dana sebesar Rp55,21 miliar, melesat 93,18% yoy.
Sementara itu, bagi hasil untuk pemilik dana investasi tercatat sebesar Rp23,46 miliar, membengkak 108,82% yoy pada tiga bulan pertama tahun ini. Lantas, pendapatan setelah distribusi bagi tercatat sebesar Rp31,74 miliar, naik 83,04% yoy.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan BVS, NI tercatat naik menjadi 4,23% pada kuartal I-2024, dari setahun sebelumnya 2,79%.
BVS tercatat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp1,30 triliun per Maret 2024, melambung 73,65% yoy dari setahun sebelumnya Rp752,77 miliar.
Seiring dengan peningkatan pembiayaan tersebut, BVS berhasil memperbaiki kualitas aset pembiayaannya dengan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) gross sebesar 0,56% per Maret 2024, turun dari setahun sebelumnya 1,39%. Sementara NPF net stagnan di 0,00%.
DPK tercatat sebesar Rp1,33 triliun, naik 58,73% yoy dari setahun sebelumnya Rp841,34 miliar. FDR pun tercatat makin tinggi, yakni 97,85% per Maret 2024, dari setahun sebelumnya 89,46%.
Total aset BVS tercatat sebesar Rp3,16 triliun pada kuartal I-2024.
Modal inti BVS tercatat sebesar Rp1,04 triliun per Maret 2024 naik dari setahun sebelumnya Rp1,02 triliun, dengan rasio kecukupan modal sebesar 64,71%, anjlok dari setahun sebelumnya 134,68%.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Terbaru BTN (BBTN) Akuisisi Muamalat, Jadi atau Batal?
