Market Commentary

Berkat Saham Bank Raksasa, IHSG Bergairah & Dekati Level 7.000

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 27/06/2024 16:21 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (27/6/2024), melanjutkan penguatannya sejak kemarin.

IHSG ditutup melesat 0,9% ke posisi 6.967,95. Meski kembali bergairah, tetapi IHSG masih belum mampu untuk menyentuh kembali level psikologis 7.000.


Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 14,9 triliun dengan melibatkan 24miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 676.255 kali. Sebanyak 306 saham naik, 239 saham turun, dan 239 saham stabil.

Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,14%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.

Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi movers IHSG pada hari ini, saham perbankan raksasa mendominasi movers IHSG, dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 16,4 indeks poin.

IHSG kembali bergairah di tengah sikap investor yang masih cenderung wait and see terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan arah kebijakan fiskal pemerintahan baru Prabowo-Gibran.

Untuk diketahui, dalam dot plot Juni 2024, The Fed meyakini masih ada harapan untuk pemangkasan suku bunga sebanyak satu kali. Kendati adanya harapan, namun jumlah pemangkasan suku bunga tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dot plot Maret 2024 yang menyatakan terdapat tiga kali penurunan suku bunga.

Sementara dari sisi kebijakan fiskal, sempat beredar kabar bahwa ada potensi jumlah utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) di masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mendekati angka 50% disertai dengan defisit fiskal mendekati 2,8%.

Namun, kabar tersebut dibantah oleh pemerintah melalui konferensi pers yang digelar pada Selasa lalu.

Pada konferensi pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, baik pemerintah maupun tim Prabowo menegaskan jika pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk dengan tetap menetapkan ambang defisit maksimal 3% dari PDB serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.

Menurut laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospects, pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun pada 2024 hingga 2026.

Meski begitu, pengelolaan APBN tahun depan tergolong cukup berat, mengingat selain akan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan anggaran Rp 71 triliun, juga terdapat utang jatuh tempo dengan jumlah cukup besar yakni Rp 800,33 triliun yang terdiri dari SBN Rp 705,5 triliun dan pinjaman Rp 94,83 triliun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat