OJK Ingatkan Pentingnya Literasi Keuangan bagi Generasi Muda

Elga Nurmutia, CNBC Indonesia
Senin, 24/06/2024 15:04 WIB
Foto: Ilustrasi Perencanaan Keuangan (Dok: Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan agar masyarakat generasi muda tidak terjebak dalam fenomena YOLO (you only live once) dan FOMO (fear of missing out) ketika mengelola keuangan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengatakan, generasi muda Indonesia sebenarnya sudah sangat melek digital. Namun, tidak sedikit dari mereka belum memiliki kemampuan literasi keuangan yang mumpuni sehingga rentan menjadi korban kejahatan keuangan atau melakukan kesalahan mengatur keuangan pribadi.

Sebagai contoh, fenomena YOLO yang merebak di lingkungan sosial masyarakat membuat beberapa muda justru enggan berinvestasi. Mereka memilih untuk menghabiskan uangnya dengan berbelanja barang-barang mewah dengan alasan menikmati hidup yang hanya dirasakan sekali saja.


Selain YOLO, ada juga fenomena FOMO yang membuat anak-anak muda takut menjadi bahan omongan teman-temannya yang sudah punya uang banyak dan harta melimpah. Hal ini mendorong mereka untuk berkeinginan cepat kaya, namun dengan cara yang salah.

Tidak sedikit dari anak muda yang akhirnya terkena kasus penipuan investasi dan terjerat pinjaman online (pinjol). "Ini tugas kita semua untuk terus mengedukasi dan membuat anak-anak muda melek terhadap keuangan syariah," kata Friderica dalam acara Kick Off Indonesia Sharia Financial Olympiad (ISFO) 2024, Senin (24/6/2024).

Di samping itu, dia mengungkapkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2023. Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun lalu terjadi peningkatan indeks literasi keuangan syariah menjadi 39,11%. Selain indeks literasi, indeks inklusi keuangan syariah juga mengalami peningkatan menjadi 12,88%.

"Ini luar biasa sekali hasilnya mengagetkan, literasi yang secara tiap tiga tahun kita survei angkanya selalu di angka 9%, alhamdulillah di tahun lalu sudah mencapai 39,11%," jelasnya.

Meski demikian, ia mengatakan, masih terdapat gap yang tinggi antara indeks literasi dan inklusi nasional dan syariah dengan kisaran sekitar 30% dan 60%. Tak hanya itu, peningkatan literasi keuangan syariah yang signifikan di tahun 2023 tidak diiringi dengan peningkatan inklusi keuangan syariah, artinya masih banyak masyarakat yang belum menggunakan atau mendapatkan akses produk layanan keuangan syariah.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Soroti Ketahanan Bisnis Asuransi, Pembiayaan & Dapen