Dua Menteri Jokowi Buka Suara Soal Kondisi Rupiah

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
21 June 2024 06:55
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan courtesy call dengan salah seorang pimpinan Nikkei Inc. Mr. Daisuke Arakawa di Main Building Imperial Hotel di Tokyo, Jepang, dalam rangkaian acara Nikkei Forum 29th Future Asia, Jumat (24/05). (Dok: Kemenko Perekonomian)
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Dok: Kemenko Perekonomian)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa buka suara mengenai kondisi Rupiah yang makin melemah terhadap Dolar Amerika Serikat. Airlangga mengatakan pemerintah akan terus memantau pergerakan nilai tukar.

"Ya kita monitor saja, karena kan terhadap berbagai mata uang, US Dolar kuat dan ekonomi US membaik," kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Kamis, (20/6/2024).

Airlangga mengatakan sebagai langkah antisipasi, pemerintah sejauh ini hanya akan memperhatikan pergerakan nilai tukar. Dia mengatakan Bank Indonesia mempunyai otoritas tertinggi untuk menjaga kestabilan nilai tukar.

"Kita monitor saja, karena itu BI yang akan terus memonitor," katanya.

Sementara itu, Suharso menyinggung nilai tukar ketika berbicara mengenai proyeksi penerimaan negara tahun depan. Awalnya, Suharso mengatakan dalam menetapkan target pertumbuhan ekonomi, Kementerian Keuangan selalu berpatokan tentang potensi penerimaan yang bisa diraih Indonesia.

Dia bilang ketika membuat proyeksi penerimaan, Kemenkeu pasti membuat asumsi-asumsi makro, salah satunya kurs dollar.

"Kalau revenue-nya mau naik, pasti asumsinya itu pertumbuhan ekonomi harus naik, dan itu biasanya dikoreksi dengan inflasi dan tentu banyak asumsi lain yang dimasukan termasuk nilai tukar," kata dia.

Dia mengatakan kondisi rupiah yang menembus angka Rp 16.300/USD tentu akan menjadi faktor pertimbangan dalam menentukan proyeksi pertumbuhan ekonomi ke depan. Terlebih, keadaan nilai tukar itu akan direspons oleh Bank Indonesia dengan penetapan suku bunga acuan BI Rate.

"Sekarang sudah naik ya, hari ini naik Rp 16.380, ini mudah-mudahan BI akan merespons seperti apa kita tidak tahu. Kalau suku bunganya dinaikan perhitungan kita mungkin akan berbeda," katanya.

Suharso mengatakan kondisi global saat ini memang sedang tidak menentu hingga mengakibatkan pada volatilitas Rupiah. Meski demikian, dia meyakini setiap masalah ada jalan keluarnya.

"Memang situasi global hari ini perlu kita cermati dengan baik," katanya.

Sebelumnya, tren pelemahan Rupiah berlanjut hari ini. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,4% di angka Rp16.425/US$ pada hari ini, Kamis (20/6/2024). Anjloknya rupiah ini berbeda dengan penutupan perdagangan kemarin (19/6/2024) yang menguat sebesar 0,21%.

Sementara DXY pada pukul 14:56 WIB naik ke angka 105,38 atau sebesar 0,12. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan kemarin yang berada di angka 105,25. Hari ini, BI telah merilis suku bunga acuan yang kembali ditahan di level 6,25% sejak Mei 2024.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Tak Masalah Dolar Rp 16.300/US$, Ini Katanya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular