
Gubernur BI Buka-Bukaan Strategi Operasi Moneter Untuk Kuatkan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini rupiah akan menguat ke depannya, meskipun volatilitasnya bergerak fluktuatif saat ini.
Rupiah melemah sebesar 5,92% dibandingkan akhir 2023. Posisi ini dianggap masih lebih baik dibandingkan mata uang negara lain seperti Brasil, Filipina, Meksiko dan Jepang.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pukul 14:41 WIB melemah 0,37% di angka Rp16.420/US$ pada hari ini, Kamis (20/6/2024). Posisi ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi kemarin (19/6/2024) sebesar 0,21%. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) meningkat ke angka 105,32 atau menguat 0,06%.
Perry menegaskan akan bergerak stabil sesuai komitmen BI untuk terus stabilkan rupiah serta didukung aliran masuk modal asing menariknya imbal hasil rendahnya inflasi dan pertumbuhan yang tetap baik.
"Apakah BI meyakini rupiah ke depan menguat ? Yes fundamentalnya akan menguat?" ungkap Perry.
Dia menjelaskan, dalam operasi moneter BI, ada 3 instrumen. Pertama adalah intervensi pasar. Kedua adalah menaikkan suku bunga dan terakhir, menaikkan suku bunga Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
"Nah, sekarang kita mengkombinasikan intervensi dengan tentu saja tadi penguatan operasi moneter promarket sehingga tentu saja kami optimalkan itu," kata Perry.
"Penggunaan operasi pro market di pasar dan menarik lebih banyak aliran modal asing supaya ini masuk dan tambah supply dan ke depan demand korporasi," tegas Perry.
Dengan demikian, BI yakin rupiah akan menguat ke depannya. Keyakinan BI ini pun sejalan dengan penurunan demand dolar dari korporasi. Faktor pendukung lainnya adalah inflasi Tanah Air yang rendah dan neraca pembayaran yang bagus.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Jaring Dana Investor Rp 409,38 Triliun Lewat SRBI
