
BI: Rupiah Sebetulnya Bisa Lebih Rendah dari Rp16.000/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) tidak lagi mencantumkan perkiraan rupiah akan menguat ke depan dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD), 20-21 Juni 2024.
BI melalui Gubernur Perry Warjiyo dalam konferensi pers siang ini, hanya menyampaikan rupiah akan bergerak stabil.
"Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah, serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," ungkap Perry.
Apa BI tidak yakin lagi rupiah akan menguat?
Perry menjelaskan, rupiah dipengaruhi oleh sisi fundamental dan teknikal. Sisi fundamental menurutnya rupiah bisa menguat, diukur dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi terkendali, defisit transaksi berjalan serta suku bunga.
"Selama ini dan kita meyakini kalau melihat fundamental kita akan rupiah sebetulnya bisa lebih rendah dari Rp16.000, inflasi kita lebih rendah, 2,8% dibandingkan AS yang tinggi negara-negara lain juga tinggi," jelasnya.
Pada sisi lain, ada berbagai persoalan yang menjadi sentimen negatif terhadap rupiah. Antara lain ketidakpastian mengenai suku bunga acuan AS dan ketegangan geopolitik serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
"Nah persepsi ini kan faktor-faktor teknikal jangka pendek," tegas Perry.
Kombinasi situasi ini yang kemudian membuat rupiah kini bergerak melemah. Kini dolar AS sudah menembus level Rp16.400 melemah 5,92% dari level akhir Desember 2023. Lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Won Korea, Baht Thailand, Peso Meksiko, Real Brazil, dan Yen Jepang masing-masing sebesar 6,78%, 6,92%, 7,89%, 10,63%, dan 10,78%.
"Apakah BI meyakini rupiah ke depan menguat yes fundamentalnya akan menguat, tapi dari gerakan bulan ke bulan faktor-faktor informasi sentimen akan membuat volatitlias naik turun naik turun," pungkasnya.
(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Makin Gencar Tinggalkan Dolar AS, Ini Data Terbaru BI