Kimia Farma Akui Ada Dugaan Anak Usaha Poles Laporan Keuangan 2023

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Kamis, 20/06/2024 11:30 WIB
Foto: Apotek Kimia Farma (CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) telah telah menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dan entitas anak perusahaan Tahun 2023 (LKT 2023) yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Hasil audit laporan keuangan tersebut, KAEF mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian.

Dalam proses audit internal, manajemen KAEF menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA). Hal ini berpengaruh pada pos pendapatan, HPP, dan beban usaha yang kemudian berkontribusi signifikan terhadap kerugian di tahun 2023.

Kenaikan beban usaha tahun 2023 juga meningkat secara dominan pada KFA dan ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.


"Menindaklanjuti hal ini, KAEF bersama dengan Kementerian BUMN dan PT Bio Farma (Persero) melakukan pembenahan di KFA," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (20/6).

Saat ini Manajemen KAEF tengah menelusuri lebih lanjut atas dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen. Kedepannya Perseroan akan menyampaikan hasil audit investigasi atas dugaan tersebut kepada pemegang saham dan otoritas pasar modal.

"Manajemen KAEF tidak akan memberikan toleransi apabila dugaan pada poin (4) di atas terbukti dan akan mengambil tindakan tegas kepada pihak-pihak yang terlibat. Melalui sistem pengendalian internal dan audit pihak independen merupakan bentuk komitmen manajemen untuk dapat menyajikan informasi yang akuntabel serta tidak menyembunyikan informasi atau fakta material apapun," tegasnya.

Sesuai dengan laporan keuangan tahunan 2023, KAEF berhasil membukukan pertumbuhan penjualan positif sepanjang tahun 2023. Perseroan mampu meningkatkan penjualan menjadi Rp 9,96 triliun, naik 7,93% dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp9,23 triliun.

Perseroan juga mampu menurunkan kewajiban (liabilitas) pada tahun 2023. "Hal ini menunjukkan bahwa fundamental bisnis KAEF masih kuat," sebutnya.

Namun, terdapat beberapa kondisi yang turut memberikan pengaruh pada penurunan laba KAEF meliputi aspek operasional dan nonoperasional. Adapun kondisi operasional yang mempengaruhi penurunan laba yaitu adanya inefisiensi operasional yang salah satu penyebabnya karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis Perseroan.

Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik.

Harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp6,86 triliun, naik 25,83% secara tahunan (Year-on-Year/ YoY). Kenaikan HPP sebesar 25,83% masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93%.

Kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya sehingga penjualan menjadi kurang tercapai.

Selain itu, beban keuangan tahun 2023 naik 18,49% (YoY) menjadi Rp 622,82 miliar seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga.

"Ke depannya, Perseroan akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan," ungkap manajemen.

Manajemen KAEF meyakini bahwa pembenahan internal secara transparan yang dilakukan manajemen akan menjadi fundamental bisnis yang baik bagi perusahaan di masa depan. Ditunjang dengan pasar farmasi yang masih terus bertumbuh, KAEF sudah berada dalam jalur yang tepat menuju profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.


(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raih Laba Rp 23,64 Triliun, Telkom Bisa Setor Dividen Jumbo