Market Commentary

IHSG Ambruk 1,4% Sentuh 6.700 di Akhir Pekan, Ini Penyebabnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
14 June 2024 16:32
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berakhir merana pada perdagangan Jumat (14/6/2024), di mana pada pekan ini IHSG hanya mencetak penguatan sekali saja.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup ambruk 1,42% ke posisi 6.734,83. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.700, menjadi yang terendah sepanjang tahun ini atau sejak awal November 2023. Dapat dikatakan IHSG menyentuh level terendahnya dalam lima bulan terakhir.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 22 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 888.123 kali. Sebanyak 140 saham menguat, 451 saham melemah, dan 180 sisanya cenderung stagnan.

Tercatat sektor teknologi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 2,23%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.

Beberapa saham perbankan raksasa menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 15,3 indeks poin.

Selain saham bank raksasa, ada pula saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang menekan IHSG sebesar 14,4 indeks poin dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebesar 6,8 indeks poin.

IHSG kembali berakhir merana di perdagangan akhir pekan ini, meski sentimen pasar dari global masih cenderung positif.

Setelah inflasi konsumen (consumer price index/CPI) Amerika Serikat (AS) periode Mei 2024 kembali melandai, pada Kamis kemarin inflasi produsen (producer price index/PPI) AS periode Mei 2024 juga melandai.

PPI melandai ke 2,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan lalu, dari sebelumnya tumbuh 2,3% (yoy) pada April 2024. Secara bulanan (month-to-month/mtm), PPI melandai ke 0% pada Mei 2024, dari sebelumnya tumbuh 0,5% pada April 2024.

Sebelumnya pada Rabu lalu, CPI AS pada bulan lalu menyentuh 3,3% (yoy), turun lebih dalam dibandingkan perkiraan pasar di 3,4% yoy. CPI inti juga mencatat hasil lebih baik dari konsensus pasar, menyentuh 3,4% yoy.

Membaiknya data inflasi Negeri Paman Sam membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pun kembali mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya sekali pada tahun ini.

The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia kembali menahan suku bunga di level 5,25-5,50%. Namun, pemangkasan suku bunga acuan tetap disesuaikan dengan kondisi inflasi AS.

"Kami melihat laporan hari ini (inflasi yang melandai) sebagai kemajuan dan bisa membangun rasa percaya diri. Namun, kepercayaan diri kami belum sampai pada tahap membenarkan keputusan untuk mulai melonggarkan kebijakan pada saat ini," tutur Chairman The Fed Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.

Dalam pernyataan resminya, The Fed menegaskan jika komite tidak akan menurunkan target (suku bunga) sampai kami lebih percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan.

Dalam rapat kali ini, The Fed juga merilis dokumen dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota The Fed terhadap suku bunga.

Dalam dokumen terbarunya, median dari proyeksi The Fed mengindikasikan hanya ada sekali pemotongan pada tahun ini sebesar 25 bps, paling lambat pada Desember 2024.

Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan pada Maret 2024 di mana The Fed mengindikasikan ada tiga kali pemotongan dengan besaran 75 bps.

Sikap hawkish The Fed ini sebenarnya sudah sesuai dengan perkiraan untuk menahan suku bunga pada pertemuan bulan ini.

Sayangnya, dengan probabilitas pemangkasan suku bunga hanya sekali. Ini bisa memicu tren higher for longer yang dapat menjadi sentimen negatif bagi aset berisiko seperti saham.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular