
Rupiah & Saham Anjlok, Investor Was-was APBN Jebol di Tangan Prabowo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia terpuruk dalam beberapa waktu terakhir. Selain karena situasi global, faktor dalam negeri juga menjadi persoalan yang membuat investor was-was dan kabur.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merosot nyaris 1% pada perdagangan sesi I Jumat (14/6/2024), di mana IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.700.
Sementara rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada pukul 10:31 WIB melemah 0,65% di angka Rp16.370/US$ pada hari ini. Bahkan rupiah sempat anjlok 0,67% di angka Rp16.375/US$. Posisi ini merupakan yang terparah sejak April 2020.
Sumber CNBC Indonesia menjelaskan bahwa situasi eksternal memang membuat rupiah dan saham alami situasi buruk. Hal ini juga terjadi di banyak negara lain, khususnya negara berkembang.
Hanya saja, khusus rupiah alami pelemahan lebih tajam dibandingkan banyak mata uang lain. Penyebabnya adalah sentimen negatif dari dalam negeri, yaitu berkaitan dengan pengelolaan fiskal.
Investor sangat khawatir Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), khususnya 2025 jebol. Dalam Kerangan Ekonomi Makro dan Pokok Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) defisit anggaran direncanakan melambung ke 2,45-2,82% PDB atau mendekati batas yang diatur UU yaitu 3% PDB.
Hal ini juga dibenarkan oleh Ekonom dari Universitas Diponegoro (Undip) Wahyu Widodo. "Untuk defisit anggaran lebih pada faktor psikologis dan kepercayaan pasar menurut saya," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Program Presiden Terpilih Prabowo Subianto dianggap ekspansif dan mampu untuk menekan APBN. Sementara program untuk peningkatan penerimaan negara belum terlihat jelas.
"Secara teoritis, defisit APBN masih aman karena masih di bawah 3%, tetapi jika dilihat dari defisit tahun sebelumnya yang sudah rendah, kenaikan target defisit 2025 menimbulkan banyak spekulasi pasar terutama terkait dengan APBN transisi yang untuk pemerintah baru," paparnya.
Pada sisi lain, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham RI menjadi underweight. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat terkoreksi 2,27% dari akhir penutupan perdagangan Senin (10/6/2024) hingga akhir Sesi I Jumat (14/6/2024).
"Terlebih kemudian direspon oleh Morgan Stanley dengan penurunan peringkat saham RI, tentu ini menjadi sentimen negatif terhadap perekonomian domestik termasuk nilai tukar," terangnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stok Utang Melonjak Saat Prabowo Presiden, Bayarnya Gimana?