Dolar Tembus Rp16.400, Menteri Jokowi Salahkan Ini!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
14 June 2024 15:25
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)
Foto: Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto saat rakornas pengendalian inflasi tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (YouTube/Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini telah menembus level Rp 16.400 per dolar AS disebabkan sentimen pelaku pasar keuangan terhadap kondisi ekonomi AS.

Ia menjelaskan, perekonomian AS mendapat sorotan khusus karena kondisinya masih terus membaik, menyebabkan investor menaruh perhatian khusus terhadap tekanan inflasi negara itu yang masih akan sulit turun, hingga akhirnya menyebabkan Bank Sentral AS, The Federal Reserve masih enggan menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

"Kan ekonomi AS membaik, pertumbuhannya bagus," kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (14/6/2024).

Pada pertemuan Federal Open Meeting Committee (FOMC) kemarin dini hari waktu Indonesia, The Fed pun kembali menahan suku bunganya di level 5,25-5,5% dan pasar menilai sikap The Fed cenderung hawkish. Terutama karena The Fed juga merevisi ekspektasi penurunan suku bunga dari tiga kali (75 basis poin/bps) pada pertemuan Maret 2024 menjadi hanya satu kali pada pertemuan kali ini sebesar 25 bps.

Indeks dolar AS atau DXY pun telah naik ke angka 105,19 atau menguat 0,53% pada hari kemarin (13/6/2024), dan hari ini sempat menyentuh level yang lebih tinggi yakni 105,27. Hal ini menandakan bahwa nilai tukar dolar memang tengah lagi menguat bila dibandingkan mata uang utama global, termasuk negara-negara emerging markets termasuk Indonesia.

"Terhadap berbagai mata uang lain juga dia (dolar AS) menguat, jadi itu gejala global," tutur Airlangga.

Ia pun membantah pelemahan itu disebabkan sentimen negatif investor terhadap kondisi di dalam negeri, sebagaimana langkah Morgan Stanley menurunkan peringkat investasi di pasar modal Indonesia menjadi "underweight".

Sebagaimana diketahui, langkah Morgan Stanley itu dilakukan karena menyoroti potensi beban fiskal yang besar pada 2025 akibat rencana penerapan program Presiden Terpilih Prabowo Subianto seperti program makan siang dan susu gratis untuk pelajar.

Menurut Airlangga, langkah Morgan Stanley itu tidak bisa mencerminkan sentimen keseluruhan investor terhadap Indonesia. Sebab masih banyak lembaga rating lain yang malah masih terus mempertahankan peringkat Indonesia di level stabil investment grade.

Lembaga Pemeringkat Moody's misalnya kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024.

JCR juga mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB+ (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 Maret 2024. Demikian juga Fitch kembali mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB (satu tingkat di atas investment grade) dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024. "Ya kan banyak yang memberikan positive outlook (lembaga) rating lain," tegas Airlangga.


(arm/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular