
AS & Prancis Gonjang-ganjing, Rupiah Malah yang Babak Belur!

Jakarta, CNBC Indonesia-Data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kondisi politik dalam negeri Prancis dinilai ikut berkontribusi dalam melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat hingga menembus level Rp 16.300/USD. Gejolak politik di negeri tersebut membuat Euro melemah yang berdampak pada pelemahan mata uang Asia, termasuk Rupiah.
"Pelemahan Rupiah saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi AS, yang memang masih cukup kuat, tapi juga faktor geopolitik yang semakin sulit untuk diprediksi," kata Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, dikutip Rabu, (12/6/2024).
Rully mengatakan setelah ketegangan geopolitik muncul di Timur Tengah, kini ketegangan politik itu muncul di Eropa. Wujudnya, kata dia, adalah meningkatnya kekuatan politik ekstrem kanan di Prancis yang dipimpin Marine Le Pen.
"Faktor geopolitik selalu berubah, dari yang muncul dari Timur Tengah, saat ini muncul dari Eropa, dengan meningkatnya kekuatan politik yang beraliran ekstrem kanan, yaitu Marine Le Pen yang terus menekan nilai tukar Euro, sehingga USD semakin kuat," kata Rully.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pemilihan legislatif yang dipercepat pada akhir bulan ini usai dikalahkan dalam pemungutan suara di Uni Eropa oleh partai sayap kanan Marine Le Pen. Pemilihan legislatif yang dipercepat itu sama dengan Macron ingin membubarkan parlemennya.
Keputusan Macron tersebut memicu gejolak politik di Prancis. Gejolak ini memberikan kesempatan kepada kelompok sayap kanan untuk mendapatkan kekuatan politik, setelah bertahun-tahun absendan mengancam akan mensterilkan masa kepresidenan Macron tiga tahun sebelum masa jabatannya berakhir.
Jika partai Reli Nasional (RN) yang dipimpin Le Pen memenangkan mayoritas di parlemen, Macron tidak akan mempunyai banyak pengaruh dalam urusan dalam negeri.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menilai tensi politik Prancis yang memanas telah berpengaruh pada pelemahan Rupiah. Dia mengatakan rencana Macron membubarkan parlemen menyebabkan ketidakpastian di zona Eropa meningkat dan membuat Euro melemah terhadap Dolar.
"Macron mau membubarkan parlemennya, sehingga ini menyebabkan tambahan ketidakpastian lagi dalam zona Uni Eropa dan akhirnya berdampak pada pelemahan Euro lebih lanjut," kata dia.
Josua mengatakan Euro merupakan mata uang yang memiliki bobot kontribusi pada pembentukan indeks dolar amat besar mencapai 57%. Karena itu, pelemahan Euro pada akhirnya ikut berdampak pada pelemahan mata uang Asia, termasuk Indonesia.
"Dalam basketnya dxy, Euro itu bobotnya cukup besar, sekitar 57%, sehingga dampaknya langsung terasa," katanya.
(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penyebab Cadangan Devisa RI US$155,7 M: Utang Sampai Devisa Migas