BI Intervensi Pasar Jaga Rupiah, Dolar Turun ke Rp16.285 Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong oleh kuatnya ekonomi AS belakangan ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,06% di angka Rp16.285/US$ pada hari ini, Selasa (11/6/2024). Depresiasi rupiah ini sejalan dengan penutupan perdagangan kemarin, Senin (10/6/2024) yang melemah sebesar 0,53%.
Sementara DXY pada pukul 15:05 WIB naik ke angka 105,17 atau menguat 0,02%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan kemarin yang berada di angka 105,15.
Pelemahan rupiah cenderung didominasi oleh faktor eksternal.
Ekonom PT Bank BCA Tbk David Sumual menjelaskan, pelemahan nilai tukar disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya arus modal asing yang terus bergerak keluar (capital outflow).
"Outflow asing terutama dari SBN dan akhir-akhir ini juga dari saham, selain kebutuhan dolar untuk pembayaran utang dan impor juga cukup tinggi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/6/2024)
Hal yang senada juga disampaikan oleh Rully Wisnubroto, Ekonom Senior Mirrae Asset Sekuritas. Situasi global yang tidak menentu menjadi penyebab aliran modal asing keluar.
"Kalau melihat dari sektor finansial, tidak bisa terhindar dari sentimen global. Dampaknya terhadap perekonomian tergantung dari berapa lama rupiah ini tertekan, dan kondisinya sangat sulit untuk di kontrol, even oleh BI," jelasnya kepada CNBC Indonesia.
Data ketenagakerjaan AS salah satunya. Angka non-farm payroll melonjak di atas perkiraan.
Pada Jumat (7/6/2024) silam, Departemen Ketenagakerjaan AS pada Jumat malam (7/6/2024) mengumumkan data pekerjaan tercatat di luar pertanian melonjak ke 272.000 pekerjaan pada Mei 2024.
Kendati rupiah tertekan, namun Bank Indonesia (BI) hadir dengan melakukan intervensi untuk membuat rupiah kembali stabil.
"BI tetap berada di pasar melalui triple intervention," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/6/2024)
Triple intervention ini mencakup intervensi pasar spot, DNDF, serta pembelian SBN di pasar sekunder.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)