
Investor Waspada! Rupiah Tembus Rp 16.300, IHSG Ambles ke 6.800

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau merana di perdagangan Selasa (11/6/2024) pagi hari ini, di tengah memburuknya sentimen pasar global.
Per pukul 09:45 WIB, IHSG melemah 0,48% ke posisi 6.888,29, sedangkan rupiah terpantau terkoreksi tipis 0,09% ke Rp 16.290/US$.
Rupiah masih berpotensi bergerak volatil. Pasalnya, indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali terbang. CNBC Indonesia memantau hingga akhir perdagangan kemarin, DXY menguat 0,25% dan masih bertahan di atas level 105.
Selama dolar AS masih menguat, maka mata uang RI masih mendapat tekanan cukup besar. Ditambah sentimen pasar yang fokus menanti dua kabar genting dari Negeri Paman Sam terkait inflasi dan pengumuman suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Selain itu, rupiah yang terdepresiasi juga ditengarai karena aliran asing masih banyak yang keluar. Dari pasar saham di regional marketnet sellasing mencapai Rp 446,59 miliar, sementara di pasar nego dan tunai sudah adanet buysebesar Rp 150,54 miliar. Namun, jika di total secara keseluruhan masih net sell sebesar Rp 296,05 miliar.
Lebih lanjut, investor asing juga tampak keluar dari Surat Berharga Negara (SBN) pada transaksi 3-6 Juni 2024 sebesar Rp 0,66 triliun. Sejak awal tahun, berdasarkan datasettlementsampai dengan 6 Juni 2024 tercatat investor asing tercatat jual neto Rp 36,02 triliun di pasar SBN.
Pada pekan ini, ada dua sentimen penting dari AS yang dapat mempengaruhi pasar keuangan RI, yakni rilis data inflasi periode Mei 2024 dan keputusan suku bunga The Fed.
Pada Rabu malam waktu Indonesia, AS akan merilis data inflasi periode Mei 2024.Saat ini konsensus memperkirakanheadline inflationakan tumbuh stabil di 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan inflasi inti akan melandai ke 3,5% yoy.
Jika data inflasi keluar meleset dari perkiraan, kemungkinan terburuk akan berujung pada kebijakan ketat The Fed masih akan dipertahankan lebih lama dari perkiraan. Pasar kini semakin pesimis jika pada tahun ini tidak akan ada pemangkasan suku bunga.
Menurut perhitungan perangkat CME FedWatch Tool, pada pertemuan pekan ini yang akan berlangsung sehari setelah rilis inflasi sudah 97,8% peluang mempertahankan suku bunga. Sementara pemangkasan suku bunga pada September kian menyusut menjadi 46,6%, padahal pada akhir pekan lalu masih di atas 50%.
Sebagai informasi, sebelumnya pada dot plot Maret silam, 9 dari 19 pejabat The Fed melihat ada peluang pemangkasan suku bunga sebanyak 0,75% hingga akhir tahun ini. Proyeksi ini dengan melihat median proyeksi suku bunga oleh pejabat The Fed dalam dokumen dalam dokumen "dot plot" menjadi 4,5-4,75% atau median 4,6% hingga akhir tahun ini.
Median ini mengindikasikan jika The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 0,75% atau sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,25% hingga akhir tahun.
Sementara hanya dua pejabat yang memperkirakan The Fed akan tahan suku bunganya di level 5,25-5,5% hingga akhir 2024.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed kini sudah semakin mundur dari perkiraan. Jika pada pertemuan terdekat ini nada the Fed masihhawkish,maka gejolak di pasar keuangan, terutama di aset berisiko kemungkinan besar masih berlanjut, termasuk pasar saham Indonesia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab IHSG Berhasil Rebound & Sempat Melesat 1%