Rupiah Terkapar ke Rp 16.280/US$, BI Segera Lakukan Intervensi

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 June 2024 15:16
Ilustrasi Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah jatuh terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan sore ini. Melemahnya mata uang rupiah setelah dolar AS terus menguat dan kembali ke level psikologis 104. Penguatan dolar jelang data-data penting AS yang akan rilis pada pekan ini.

Berdasarkan data Refinitiv pada Rabu (5/6/2024) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,40% di level Rp16.280/US$1.

Pada pekan ini para pelaku pasar akan menanti rilisnya data-data penting makro AS, terutama data pekerjaan non farm payrolls periode Mei yang akan dirilis pada hari Jumat (7/6/2024).

Data-data tenaga kerja menjadi petunjuk awal mengenai inflasi AS yang merupakan faktor utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter. Asal tahu saja, The Fed menargetkan inflasi AS 2% agar penurunan suku bunga terjadi.

Pemberi kerja diperkirakan menambah 185.000 pekerjaan pada Mei. Hal ini terjadi setelah laporan April menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat lebih dari yang diperkirakan, dengan penambahan 175.000 lapangan kerja. Paling sedikit dalam enam bulan.

Jika proyeksi tersebut terjadi, maka akan membuat inflasi bisa kembali meningkat karena lapangan pekerjaan yang tinggi dapat mendorong daya beli. Hal ini pun dapat mendesak kebijakan The Fed bersikap hawkish dan kembali mengurungkan niat untuk memangkas suku bunga pada periode selanjutnya.

Melemahnya rupiah juga terdorong dari hasil data ekonomi dalam negeri yang sedikit mengecewakan para pelaku pasar.

Aktivitas manufaktur Indonesia terjun ke level terendah pada Mei 2024. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari Senin (3/6/2024), menunjukkan PMI manufaktur Indonesia jatuh ke 52,1 Mei 2024. Indeks lebih rendah dibandingkan April 2024 yakni 52,9.

Namun, melihat melemahnya rupiah yang nyaris menyentuh level Rp16.300/US$1, Bank Indonesia (BI) siap melakukan intervensi demi menjaga kestabilan pergerakan nilai tukar rupiah.

"Terkait NTR kami terus berupaya di tengah gejolak global kami terus menjaga nilai tukar melakukan intervensi di pasar valas," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Perry juga mengatakan, meski rupiah alami pelemahan terhadap dolar AS namun masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya seperti Peso Filipina, Won Korea Selatan, dan Thailand.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Jatuh Dua Hari Beruntun, Usai Pelantikan Tiga Wamen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular