Market Commentary

IHSG Cerah Lagi, 5 Saham Big Cap Ini Jadi Penggeraknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 04/06/2024 16:35 WIB
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup bergairah pada perdagangan Selasa (4/6/2024), meski sentiment pasar pada hari ini cenderung minim sehingga investor masih menimbang sentimen dari beberapa hari lalu.

IHSG ditutup melesat 0,9% ke posisi 7.099,31. IHSG sempat melesat lebih dari 1% dan juga sempat menyentuh kembali level psikologis 7.100. Namun di akhir perdagangan hari ini, penguatan IHSG sedikit terpangkas dan tetap bertahan di level psikologis 7.000.


Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 12 triliundengan melibatkan 17miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 291 saham terapresiasi, 273 saham terdepresiasi, dan 214 saham cenderung stabil.

Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,23%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.

Saham emiten pertambangan mineral Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 35,9 indeks poin.

IHSG kembali bergairahnya di tengah melandainya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) masih mencatatkan penurunan hingga Senin kemarin, membuat pasar kembali berselera untuk memburu aset berisiko.

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun langsung turun 12 basis poin (bp) menjadi 4,39%. Penurunan yield Treasury disinyalir karena data aktivitas manufaktur AS yang melemah.

Data aktivitas manufaktur AS yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi ISM periode Mei 2024 turun ke angka 48,7, dari sebelumnya di angka 49,2 pada April lalu. Hal ini menandakan bahwa aktivitas manufaktur Negeri Paman Sam makin berkontraksi.

PMI menggunakan angka50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Berlaku juga sebaliknya.

Sementara itu dari Indonesia, data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda kurang menggembirakan, di mana inflasi RI periode April lalu terpantau melandai dan PMI manufaktur RI juga melandai.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin kemarin melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu mengalami deflasi sebesar 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm). Biasanya, deflasi atau turunnya harga-harga barang disebabkan turunnya permintaan konsumen yang menjadi pertanda daya beli masyarakat turun.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), IHK Indonesia pada Mei lalu sebesar 2,84%, sehingga tahun kalender terjadi inflasi 1,16%

Deflasi secara bulanan pada Mei 2024 merupakan pertama kalinya yang terjadi sejak Agustus 2023. Kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi terbesar ialah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29% dengan andil 0,08%.

Selain itu, PMI manufaktur Indonesia sudah melandai dalam dua bulan beruntun. PMI Manufaktur Mei 2024 bahkan menjadi yang terendah sejak November 2023 atau lima bulan terakhir.

Kendati demikian, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansif selama 33 bulan terakhir.

S&P Global menjelaskan masih ekspansifnya PMI manufaktur Indonesia ditopang peningkatan produksi dan pesanan baru. S&P Global juga mengingatkan akan"awan gelap" dan banyaknya tantangan yang ada di depan.

Data menunjukkan tingkat pertumbuhan melambat dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dan kepercayaan diri turun ke level terendah dalam empat tahun lebih.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat