Pasokan Nikel 'Luber', Laba Pam Mineral (NICL) Anjlok 74,85%

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Selasa, 04/06/2024 11:05 WIB
Foto: PT PAM Mineral Tbk (NICL), listing Jumat 9 Juli 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT. PAM Mineral Tbk (NICL) mengaku, oversupply atas komoditas nikel yang terjadi di Indonesia juga berdampak negatif bagi perseroan. Direktur Utama Rudy Tjanaka mengatakan, hal itu berdampak pada kinerja triwulan I tahun ini yang mencatatkan penjualan sebesar Rp 116,7 miliar, atau mengalami penurunan sebesar 54,98% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 259,4 miliar.

"Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB Perseroan (NICL) baru terbit pada bulan Mei 2024 (Q2). Namun, Perseroan berhasil melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan marjin laba kotor pada triwulan I-2024 menjadi 37,07% dari 36,92% pada triwulan I-2023," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (3/6).

Seiring dengan menurunnya penjualan, laba usaha juga mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 19,5 miliar atau menurun 74,85% dibandingkan dengan triwulan I-2023 yang sebesar Rp 77,8 miliar.


Sehingga dari sisi laba bersih hanya mencatatkan keuntungan sebesar Rp 12,2 miliar atau mengalami penurunan sebesar 78,92% dibandingkan dengan triwulan I-2023.

"Penurunan tersebut disebabkan karena Persetujuan RKAB Entitas anak (IBM), yang baru disetujui pada akhir bulan Februari sehingga total penjualan yang tercatat pada triwulan I-2024 hanya merupakan penjualan selama bulan Maret," ungkapnya.

Dari sisi neraca, tercatat total aset pada triwulan I-2024 sebesar Rp 881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan dengan total aset pada rriwulan I-2023 yaitu sebesar Rp 692,1 miliar.

Di sisi lain, total hutang pada triwulan I-2024 tercatat sebesar Rp 123,9 miliar atau tidak berubah signifikan dari periode sebelumnya sebesar Rp 119,9 miliar. Sementara, untuk total ekuitas mengalami peningkatan yaitu dari Rp 572,1 miliar menjadi Rp 757,7 miliar pada triwulan I-2024, hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba Perseroan.

Pada semester ke II tahun 2024 ini, lanjutnya, Perseroan juga berencana untuk berproduksi sesuai kapasitas RKAB. Perseroan menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir tahun 2024 ini sebesar Rp 1,289 triliun dengan target Laba Sebelum Pajak sebesar Rp 352 miliar.

Optimisme tersebut melihat situasi Geopolitik yang saat ini berkembang, diantaranya yaitu meluasnya sanksi AS dan Inggris terhadap Rusia terhadap ekspor bahan mentah dan larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME)

Selain itu, insiden di Kaledonia Baru yang mempengaruhi operasional perusahaan pertambangan nikel yaitu terganggunya aktivitas produksi tambang dan beberapa pertambangan nikel di Australia mengalami gangguan pasokan akibat faktor biaya.

"Akibat beberapa sentimen ini, pasokan bijih nikel dunia terutama di Kaledonia Baru dan Australia tidak normal, yang diperkirakan dapat menjadi katalis positif untuk kenaikan harga dalam rantai industri nikel kedepannya," ucapnya.

Hal ini tercermin dengan meningkatnya harga acuan nikel di akhir April 2024 sudah meningkat 8,76% menjadi 17.424,52 USD/dmt dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang berada pada level 16.021,67 USD/dmt.

"Perseroan meyakini bahwa adanya beberapa sentimen positif tersebut, dan telah disetujuinya RKAB untuk tahun 2024, Perseroan akan menggenjot produksi dan penjualan yang kemudian akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perseroan," pungkasnya.


(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat