Analis Ungkap Target Bitcoin ke US$65.000, Kripto Memerah Hari Ini

rev, CNBC Indonesia
Senin, 03/06/2024 07:20 WIB
Foto: Logo mata uang kripto Bitcoin dan Ethereum terlihat di Coin Marketcap pada monitor komputer di kantor. (Photo by Silas Stein/picture alliance via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto mayoritas penurunan hari ini, Senin (3/6/2024) di tengah sentimen pasca bitcoin halving yang berdampak bagi para penambang serta sikap wait and see pelaku pasar perihal kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Senin (3/6/2024) pukul 06:17 WIB, pasar kripto mayoritas turun. Bitcoin naik 0,17% ke US$67.852,14 sementara secara mingguan berada di zona negatif 0,91%.

Ethereum berada di zona merah 0,82% serta dalam 24 jam terakhir dan dalam sepekan melemah 1,37%


XRP mengalami depresiasi 1,04% secara harian dan secara mingguan turun 2,96%.

Begitu pula dengan Dogecoin yang berada diteritori negatif 1,98% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari terakhir ambles 5,64%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,39% ke angka 2.744,37 Open interest terdepresiasi 0,41% di angka US$69,73 miliar.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 60 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase optimis dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Dikutip dari CryptoDNES, para analis berpendapat bahwa bulan Juni mungkin kekurangan stimulus langsung untuk Bitcoin dan pasar mata uang kripto yang lebih luas.

Data historis dari CoinGlass menunjukkan bahwa bulan Juni adalah bulan yang bergejolak bagi Bitcoin, dengan pengembalian rata-rata hanya 0,25% selama dekade terakhir. Rata-rata ini dipengaruhi oleh kerugian yang signifikan pada tahun 2022 dan 2013.

Analis pasar kripto di Bitbank, Yuya Hasegawa berpendapat bahwa Bitcoin dapat terus diperdagangkan dalam kondisi yang terus menurun.

Dia memperingatkan bahwa Bitcoin bisa turun menjadi sekitar US$65.000. Hasegawa juga menunjukkan pengaruh perilaku penambang terhadap harga Bitcoin.

Ketika kekuatan hashing jaringan menurun dan waktu untuk memproses blok baru meningkat, profitabilitas para penambang menurun. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan jual jika penambang terpaksa menjual BTC untuk mempertahankan arus kas mereka.

Direktur Penelitian di CryptoQuant, Julio Moreno mengungkapkan bahwa perjuangan para penambang saat ini dengan penurunan biaya transaksi sejak halving mereka. Dia mencatat bahwa meskipun masih belum ada tekanan jual yang signifikan dari para penambang, situasinya masih tidak menentu.

Bulan ini, para pedagang akan terus mencermati pertemuan kebijakan The Fed pada tanggal 11 dan 12 Juni, terutama indeks harga konsumen, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Peristiwa ini bisa berdampak pada pergerakan harga Bitcoin.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: COIN Bakal Melantai di Bursa, Simak Prospeknya!