
Inflasi PCE Tumbuh Sesuai Perkiraan, Wall Street Dibuka Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berhasil dibuka di zona hijau pada perdagangan Jumat (31/5/2024), setelah data inflasi pengeluaran pribadi AS tumbuh sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik 0,11% ke posisi 38.154,12, S&P 500 menguat 0,17% ke 5.244,52, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,21% menjadi 16.771,64.
Wall Street berhasil rebound setelah data inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS tumbuh sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya.
Inflasi PCE AS pada periode April 2024 cenderung stabil di 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm). Sedangkan inflasi PCE inti pada April lalu terpantau turun menjadi 0,2%, dari sebelumnya pada Maret lalu sebesar 0,3%.
Hal ini tentunya sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya, di mana pasar memperkirakan inflasi PCE AS akan tumbuh moderat cenderung stabil.
Data ini adalah salah satu ukuran inflasi favorit bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), sehingga kenaikan atau penurunannya dapat mempengaruhi sikap The Fed terkait kebijakan suku bunga acuan.
Setelah dirilisnya data inflasi PCE, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali melandai. Yield Treasury acuan tenor 10 tahun turun 5,7 basis poin (bp) menjadi 4,497%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield turun, maka tandanya investor sedang memburu obligasi.
Hal ini membuat pasar semakin optimis bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September mencapai 48%, meningkat sedikit dari perdagangan Kamis kemarin yang mencapai 45,1%.
The Fed telah mempertahankan suku bunga kebijakan acuannya pada kisaran 5,25%-5,50% selama 10 bulan terakhir dan terdampak oleh beberapa data inflasi dan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dari periode Januari hingga Maret lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Dibuka Sedikit Cerah, Bakal Bertahan Lama?
