
Minim Sentimen Dari AS, Mayoritas Bursa Asia Dibuka Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi dengan mayoritas melemah pada perdagangan Selasa (28/5/2024), seiring para investor mengkaji komentar dari para pejabat bank sentral Eropa (ECB) yang memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga mungkin akan terjadi pada tahun ini.
Per pukul 08:25 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,2%, Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,07%, Shanghai Composite China juga terkoreksi tipis 0,05%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,12%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura menguat 0,35% dan KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,06%.
Investor di Asia-Pasifik akan memfokuskan perhatiannya ke kawasan dan Eropa, mengingat pasar saham Amerika Serikat (AS) sedang libur memperingati Hari Memorial (Memorial Day), sehingga sentimen pasar dari AS cenderung minim.
Dari Asia-Pasifik, data awal dari penjualan ritel Australia pada periode April 2024 akan dirilis pada hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan penjualan ritel Negeri Kanguru pada bulan lalu cenderung pulih menjadi 0,2%, dari sebelumnya yang berkontraksi 0,4% pada Maret lalu.
Sementara itu dari Eropa, Olli Rehn, anggota dewan pemerintahan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang juga menjabat sebagai kepala bank sentral Finlandia (Suomen Pankki), menekankan inflasi di kawasan euro turun secara "berkelanjutan."
Dia menambahkan bahwa pada Juni mendatang waktunya sudah tiba untuk melonggarkan kebijakan moneter dan mulai menurunkan suku bunga.
Inflasi di Uni Eropa pada April lalu stabil di angka 2,4%, menandai bulan ketujuh berturut-turut inflasi berada di bawah 3%, meskipun terjadi sedikit peningkatan pada Desember 2023. Sementara data terbaru inflasi Eropa pada Mei 2024 akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini.
Sementara itu, Kepala Ekonom ECB, Philip Lane mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bahwa jika ada kejutan besar, pada saat ini kita melihat cukup banyak hal yang bisa menghilangkan pembatasan tingkat atas.
Di lain sisi, meski pasar saham AS sedang libur, tetapi pelaku pasar global tetap memantau komentar dari para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di pekan ini. Masih ada sembilan pejabat atau anggota The Fed yang akan berpidato. Namun sejauh ini, sebagian besar masih bersikap hawkish.
Sebelumnya, risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April -1 Mei yang dirilis pada pekan lalu, tepatnya Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia menunjukkan kekhawatiran dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.
Pertemuan tersebut menyusul serangkaian data yang menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.
"Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%," demikian isi risalah the Fed.
Risalah juga menjelaskan bahwa "Sebagian pejabat menyatakan kesediaan-nya untuk memperketat kebijakan lebih lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang masih panas".
Beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur The Fed Christopher Waller, sejak pertemuan tersebut mengatakan bahwa mereka masih meragukan langkah selanjutnya yang akan diambil adalah kenaikan suku bunga.
Akibat itu, kini peluang penurunan suku bunga kian menyusut, melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 46,5% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September. Peluang ini turun dari sebelumnya yang mencapai 59%.
Selain itu, investor juga menanti rilis data inflasi pengeluaran pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS periode April 2024 yang akan dirilis pada Jumat akhir pekan ini.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS kali ini kembali mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan lalu, berdasarkan survei Reuters, menjaga laju tahunan di 2,8%, dengan risiko ke sisi negatifnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
