Harga Saham Terbang 48% Ytd, Bursa Gembok Saham BREN Prajogo
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham atau mengenakan suspensi terhadap emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Mengutip keterbukaan informasi BEI, suspensi tersebut sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
"Sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan Saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) di Pasar Reguler dan Pasar Tunai mulai sesi I perdagangan tanggal 27 Mei 2024 sampai dengan Pengumuman Bursa lebih lanjut," tulis BEI, Senin (27/5).
Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan.
Mengutip RTI, saham BREN sepanjang tahun berjalan (ytd) meroket 48% dan selama sepekan terakhir naik 12,5%.
Sementara itu, belum genap setahun, harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meroket menembus level Rp10.000 per lembar, dan menduduki tahta kapitalisasi pasar terbesar di Bursa, menyalip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Harga saham yang meroket membuat kapitalisasi pasar-nya kini mencapai yang tertinggi di bursa, mencapai Rp1.501,75 triliun. Melengserkan posisi BBCA di urutan teratas yang telah mengisi posisi tersebut selama bertahun-tahun.
Tahta tertinggi tersebut, sebenarnya pernah dicapai BREN sejak dua bulan listing di bursa. Tepatnya pada 8 Desember 2023, sekitar pukul 10.40 WIB harga saham BREN melesat ke posisi Rp8.100 per lembar membuat market cap melonjak jadi Rp1.083,67 triliun.
Pada saat itu market cap BBCA yang berada di Rp1.078,66 triliun terlampaui. Setelah 20 tahun kinerja BBCA disalip oleh BREN yang baru melantai dua bulan.
Jika melihat pergerakan harga saham BREN sejak listing bisa dibilang sangat volatile, harga meroket drastis dalam dua bulan menembus Rp8000 per lembar, tetapi dua pekan setelahnya malah anjlok hingga ke level Rp4000 per lembar, turun lebih dari 50%.
Meski begitu, harga saham kemudian bangkit lagi dalam tiga bulan terakhir ini, meroket 126% dan memecahkan rekor level tertinggi-nya sejak IPO.
(mkh/mkh)