Harga Minyak Naik, Konflik Timteng & Kebakaran Hutan Kanada Pemicunya!

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
Rabu, 15/05/2024 08:50 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia menguat tipis pada perdagangan Rabu (15/5/2024), setelah data dari AS meningkatkan kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi. Sentimen kenaikan harga tipis ini dipacu oleh risiko pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah dan kebakaran hutan di Kanada yang dapat mengganggu produksi minyak negaranya.

Pasar energi memantau kebakaran hutan di bagian barat Kanada yang dapat mendorong harga dengan mengganggu pasokan minyak. Petugas pemadam kebakaran pada hari Senin berusaha keras untuk mengendalikan satu kebakaran di British Columbia dan dua di Alberta dekat pusat industri minyak pasir negara itu.

Kanada memiliki kapasitas produksi 3,3 juta barel per hari (bpd) dan merupakan pemasok utama minyak mentah yang lebih berat. "Kebakaran hutan yang meluas di minyak pasir Alberta menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek produksi Kanada, karena kebakaran besar di wilayah yang sama delapan tahun lalu menyebabkan penutupan sementara lebih dari 1 juta bpd produksi minyak," kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters Rabu (15/4/2024).


Melansir Refinitiv, minyak mentah Brent (LCOc1) naik 32 sen atau 0,46% menjadi US$82,70 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS (CLc1) naik 36 sen atau 0,46% menjadi US$78,38 per barel.


Harga Minyak Mentah Brent & WTI
Source: Refinitiv

Adapun harga produsen AS meningkat melampau ekspektasi pada April, memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin mempertahankan biaya pinjaman tetap tinggi untuk melawan inflasi.

Ketua Fed Jerome Powell memperkirakan inflasi AS akan terus menurun hingga 2024, tetapi memperingatkan bahwa dia kurang yakin sekarang karena harga naik lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal pertama.

"Masalah inflasi belum terkendali, yang mengurangi permintaan sedikit, dan hal yang memperburuk situasi adalah komentar Powell," kata Tim Snyder, ekonom di Matador Economics, dikutip dari Reuters.

Data harga konsumen AS yang dirilis pada hari Rabu malam juga akan memengaruhi waktu pemotongan suku bunga yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Pembacaan inflasi yang lebih kuat dari yang diharapkan dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi yang terlalu panas akan memaksa Fed untuk menaikkan suku bunga lagi, sehingga menghambat pertumbuhan.

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Selasa tetap pada perkiraannya untuk pertumbuhan yang relatif kuat dalam permintaan minyak global pada 2024 dan mengatakan ada kemungkinan ekonomi dunia bisa lebih baik dari yang diharapkan tahun ini. Laporan bulanan OPEC menyebutkan permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari (bpd) pada 2024 dan 1,85 juta bpd pada 2025.

Harga minyak juga akan dipacu oleh konflik di Timur Tengah. Tank-tank Israel mendorong lebih dalam ke Rafah timur, mencapai beberapa distrik perumahan kota perbatasan selatan di mana lebih dari satu juta orang telah berlindung. "Ketidakpastian atas Rafah dan dampaknya membuat pasar tetap waspada juga," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Dalam perkembangan lain, persediaan minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu sementara stok distilat meningkat, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Data inventaris resmi dari pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu. Data menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 3,104 juta barel pada minggu yang berakhir 10 Mei, kata sumber tersebut dengan syarat anonim. Persediaan bensin turun sebesar 1,269 juta barel, dan distilat naik sebesar 673.000 barel.

CNBC INDONESIA RESEARCH

 


(mza/mza)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak