Market Commentary

Harga Batu Bara Sedang Lesu, Tapi Kok Sahamnya Malah Ngacir?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
29 April 2024 13:28
Stock Pile batu bara PT Kaltim Prima Coal, Tanjung Bara, Kalimantan Timur. (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)
Foto: (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Senin (29/4/2024), meski pergerakan harga batu bara pada pekan lalu cenderung merana.

Hingga pukul 12:00 WIB, tercatat 13 saham batu bara bergairah pada sesi I hari ini, dengan delapan saham sudah melesat lebih dari 1% dan lima saham menguat kurang dari 1%.

Saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni mencapai 4,6% ke posisi Rp 91/saham. Sedangkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang menjadi saham batu bara big cap juga menjadi yang paling kencang kedua yakni melonjak 3,12% menjadi Rp 2.970/saham.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Alfa Energi InvestamaFIRE914,60%
Bukit AsamPTBA2.9703,12%
United TractorsUNTR24.8252,80%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.6602,31%
Delta Dunia MakmurDOID4922,07%
Harum EnergyHRUM1.3251,92%
TBS Energi UtamaTOBA2401,69%
Mitrabara AdiperdanaMBAP3.5401,14%
Adaro Minerals IndonesiaADMR1.3300,76%
Indika EnergyINDY1.3750,73%
ABM InvestamaABMM3.8000,53%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.7500,27%
Indo Tambangraya MegahITMG24.5250,10%

Sumber: RTI

Saham batu bara melesat meski harga batu bara cenderung merana pada pekan lalu. Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Mei acuan ICE Newcastle pada perdagangan Jumat pekan lalu merosot 0,92% di level US$ 134,5 per ton. Dalam sepekan harga batu bara telah mencatatkan penurunan sebesar 5,11%.

Merananya harga batu bara pada pekan lalu terjadi setelah mulai meredanya konflik geopolitik di wilayah Timur Tengah. Meredanya kondisi Timur Tengah terjadi setelah Iran meremehkan serangan Israel di wilayahnya minggu lalu dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk menanggapinya.

Dengan ketegangan yang mereda maka pasokan komoditas energi, terutama minyak, diharapkan tidak terganggu. Kondisi ini berimbas pada harga batu bara yang merupakan substitusi minyak.

Selain itu, penyusutan harga batu bara pekan ini, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya permintaan batu bara termal melalui perdagangan laut China, ini karena harga dalam negeri yang rendah, ada kenaikan tarif angkutan laut, dan pengiriman untuk kontrak pembelian April sudah hampir selesai.

Sejumlah pedagang kini menghadapi potensi kerugian akibat kenaikan tarif pengiriman. Saat ini, tarif pengiriman untuk Kapal Panamax dari Kalimantan Selatan ke China Selatan telah meningkat menjadi US$ 9 per ton, sekitar US$ 0,5 per ton lebih tinggi dari akhir minggu lalu.

"Pedagang China sebagian besar juga telah melakukan short-covering pembelian untuk pengiriman ke pembangkit listrik dalam negeri pada akhir-akhir ini, sedangkan pengadaan untuk pengiriman Mei belum dimulai," ungkap sumber pasar, mengutip laporan Sxcoal pada Selasa (23/4/2024).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten Batubara Royal Bagi Dividen Meski Laba Susut, Layak Koleksi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular