Harga Emas Cetak Rekor Terus, Sepanjang 2024 Sudah Terbang 10%
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus mencatatkan penguatan hingga beberapa kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya.
Pada perdagangan Senin (1/4/2024) per pukul 12:15 WIB, harga emas di pasar spot sudah melesat 1,24% di posisi US$ 2.260,1 per troy ons. Harga tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa hingga saat ini.
Sebelumnya pada Kamis pekan lalu, harga emas dunia ditutup menguat 0,68% di posisi US$ 2.232,37 per troy ons. Terpantau selama sepekan terakhir, harga emas sudah melonjak 4,08%. Sedangkan dalam sebulan terakhir sudah melejit 8,48%, dan sepanjang tahun ini sudah terbang 9,77%.
Harga emas yang mencapai rekor tanpa adanya indikasi data signifikan membuat pelaku pasar bertanya-tanya. Commerzbank mengatakan bahwa tingginya kenaikan harga emas pada Maret masih menjadi misteri.
Commerzbank mencatat bahwa kenaikan logam tersebut sejak awal bulan, sekitar 5-8%, masih menjadi misteri. Di sisi lain, Commerzbank memandang bahwa ada potensi terbatas untuk keuntungan lebih lanjut.
"Sulit untuk menemukan penjelasan yang meyakinkan untuk kemajuan ini. Harapan pemotongan suku bunga AS, yang telah menjadi pendorong utama harga emas selama setahun setengah terakhir, sedikit meningkat di paruh pertama Maret, tetapi tidak cukup untuk menjelaskan besarnya pemulihan emas," tulis para analis yang dikutip dariReuters.
Harga emas dunia kembali menguat dan juga kembali mencetak rekor tertinggi barunya di tengah sikap investor yang cenderung menanti rilis serangkaian data ekonomi dan tenaga kerja AS pada pekan ini, di mana salah satunya yakni data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP).
Pada Selasa besok, AS akan merilis pembukaan lapangan kerja JOLTS periode Februari 2024.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan pembukaan lapangan kerja JOLTS akan cenderung menurun menjadi 8,79 juta lapangan kerja, turun dari Januari lalu sebanyak 8,86 juta lapangan kerja.
Jika data tersebut benar demikian, maka sektor tenaga kerja di AS cenderung mulai mendingin, meski data tenaga kerja lainnya masih berpotensi panas.
Kemudian pada Jumat mendatang, AS juga akan merilis data tenaga kerja lainnya yakni data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP) periode Maret 2024.
Konsensus pasar Trading Economics memperkirakan NFP AS cenderung menurun menjadi 200.000, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 275.000.
Jika benar demikian, maka ini menjadi terendah dari rata-rata tiga bulan terakhir sebesar 265.000.
Namun, jika kedua data tenaga kerja tersebut sesuai dengan prediksi pasar, maka hal ini menandakan data tenaga kerja AS mulai bervariasi. Tetapi, secara menyeluruh data tenaga kerja AS masih cukup panas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)